
Sentimen PPKM Sampai IHSG yang Merah Bikin Yield SBN Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah sepekan ini menguat, sebagaimana terlihat dari penurunan imbal hasilnya (yield) yang mengindikasikan investor cenderung memburu aset berisiko, di tengah ekspektasi pemulihan ekonomi berkat vaksinasi.
Kekhawatiran investor terkait sentimen dari perpanjangan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia yang sudah menyentuh 1 juta lebih kasus, dan pelemahan bursa saham Tanah Air menjadi pendorong penurunan imbal hasil (yield) di hampir semua tenor Surat Berharga Negara (SBN)
Sementara itu, yield SBN berkode FR0082 yang bertenor 10 tahun-yang menjadi acuan (benchmark) di pasar pada Jumat melemah 1,5 basis poin (bps) ke level 6,288%. Secara mingguan, posisi yield tersebut juga menurun 4,1 bps dibandingkan Jumat pekan lalu yang sebesar 6,329%, alias harganya menguat.
Imbal hasil bergerak berkebalikan dari harga obligasi, sehingga penurunan imbal hasil mengindikasikan penguatan harga dan sebaliknya. Perhitungan imbal hasil dilakukan dalam basis poin yang setara dengan 1/100 dari 1%.
Secara umum, seluruh SBN berbagai tenor pada pekan ini mencatatkan penguatan harga dan pelemahan yield, di mana pelemahan yield yang terbesar terjadi di obligasi pemerintah tenor 1 tahun yang turun 13,9 bps menjadi 4,237%.
Hanya SBN berjatuh tempo 3 tahun yang yield-nya mengalami kenaikan pada pekan ini, yakni naik 5,1 bps ke 4,71%.
Obligasi pemerintah merupakan aset pendapatan tetap yang seringkali dinilai sebagai aset safe haven. Ia diburu ketika pelaku pasar merasa kondisi ekonomi sedang buruk, dan sebaliknya ditinggalkan ketika investor berani masuk ke bursa saham karena ekonomi dinilai aman.
Sentimen pertama yakni terkait diperpanjangnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di kota-kota utama di Jawa dan Bali hingga 8 Februari 2021 mendatang
Keputusan perpanjangan PPKM tersebut itu disampaikan oleh Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/1/2021).
Selanjutnya, kasus positif yang telah menyentuh 1 juta juga menjadi pemberat IHSG untuk menguat.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hingga Kamis lalu, total pasien baru atau kasus terjangkit Covid-19 bertambah 13.695 orang sehingga totalnya 1.037.993 orang.
Kasus baru tersebut ditemukan pada 54.114 orang yang selesai menjalani tes Covid-19 pada hari ini. Dengan jumlah tersebut maka dari setiap 4 tes Covid-19 ditemukan 1 kasus positif.
Kemenkes juga mencatat setidaknya ada 476 kasus kematian dalam sehari terakhir. Rekor ini memecahkan rekor yang tercipta sehari sebelumnya yakni 387 kasus kematian.
Total kasus kematian akibat Covid-19 di RI menembus 29.331 orang. Sementara itu, pasien sembuh bertambah 10.792 orang dalam sehari sehingga totalnya menjadi 842.122 orang.
Selain itu, pada dua hari menjelang penutupan perdagangan pekan ini, yakni hari Kamis dan Jumat (28-29 Januari 2021) lalu, pasar saham Tanah Air yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup parah, sehingga dalam sepekan IHSG sudah terkoreksi 7,05%.
Karena koreksi IHSG yang kian parah inilah membuat sebagian besar investor cenderung bermain aman dengan mengalihkan investastinya ke pasar obligasi RI, sehingga dalam dua hari terakhir pada perdagangan pekan ini, harga SBN kembali menguat dan yield SBN kembali menurun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Asing Berpeluang Banjiri Pasar SBN di 2021