Sang Eragon, 'Penunggang Naga' Ini Pamit dari Bank Indonesia

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
29 January 2021 18:21
BI Sebut Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Hanya Sementara
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiba-tiba sekitar pukul 05.00 WIB, notifikasi WhatsApp masuk ke ponsel.

"NDF [Non-Delivery Forward] tidak wajar. BI akan mengambil langkah tegas untuk menahan atau membalik pelemahan rupiah."

Pesan itu dikirim dari Nanang Hendarsah. Ia adalah Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI). Sepagi itu, Nanang sudah memberikan insight kepada media terkait kondisi global.

Kala itu, 2 tahun lalu. Tepatnya sekitar bulan Mei 2019 di mana nilai rupiah vs dolar AS berada dalam rentang Rp14.550/US$. "BI harus menjaga kepercayaan pasar. Dan masyarakat tetap terjaga terhadap rupiah," kata Nanang.

Nanang Hendarsah (Dok Bank Indonesia)Foto: Nanang Hendarsah (Dok Bank Indonesia)



Rupiah diganggu kala itu oleh sentimen perang dagang AS vs China. Dan puncaknya memang pada Mei 2019, di mana level rupiah vs dolar AS berada di Rp14.525/US$.

Kala itu Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo konsisten dengan terus menggunakan tiga bauran instrumen untuk menjaga rupiah. Dan hingga detik ini pun masih dilakukannya. Nanang menegaskan, intervensi tersebut yakni di pasar spot, pasar DNDF dan pasar obligasi negara atau SBN.

Hasilnya pada 2019 yang dibuka di awal tahunnya pada Rp14.420/US$ kemudian ditutup di akhir 2019 di level Rp13.880/US$.

Di tahun itu, di bawah kendali Perry Warjiyo sebagai 'Jenderal' dan Nanang serta tim Bank Indonesia lainnya, rupiah menjadi 'best performer' kurs.

"Kami memantau dinamika global 24 jam dan merespons setiap tekanan sejak pembukaan pasar pukul 08.00 WIB," ungkap Nanang kepada CNBC Indonesia, di akhir Desember 2019.

"Triple intervention melalui tiga kombinasi instrument tetap menjadi andalan dalam upaya menekan volatilitas kurs Rupiah," imbuhnya.

Ketika rupiah terpuruk, untuk diketahui BI harus menggelontorkan banyak dolar layaknya 'Naga' yang menyemburkan api. Nanang secara tidak langsung mengendalikan naga tersebut melalui pola komunikasi yang baik di pasar. Nanang layaknya 'Eragon' yang merupakan sosok penunggang naga dalam novel berjudul 'Eragon' karangan Christopher Paolini.

Managing Expectation di Tengah Pandemi Covid-19 pada 2020

Pada 2020, tidak ada yang menyangka saat 'negara api' menyerang. Pandemi menyebabkan guncangan di sektor ekonomi tak terkecuali rupiah.

Nanang mengatakan tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah. Sebab, pandemi Covid-19 tidak hanya menekan perekonomian tapi juga meluluhlantahkan pasar keuangan.

Peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah dunia. Bagaimana virus yang bermula dari Wuhan ini membuat harga saham jatuh bahkan hanya dalam waktu sepekan saja.
"Hanya dalam sepekan terakhir Februari 2020 asing melepas Rp 28 triliun, di Maret 2020 kepanikan asing berlanjut dengan melepas Rp 92,5 triliun. Dengan total pelepasan SBN [surat berharga negara] Rp 120 triliun tersebut, memicu aksi beli valas oleh asing sebesar US$ 9 miliar. Ini outflows dana asing terbesar sepanjang sejarah," ujarnya kepada CNBC Indonesia, pada (4/1/2021).

Menurutnya, pelepasan saham oleh investor asing (outflow) ini dikarenakan Covid-19 yang ada di benak investor global adalah "sell first, think later" dan "cash is a king".

Oleh karenanya, seluruh investor merasa harus menyelamatkan uangnya, melepas aset berisiko dan ditukar ke uang tunai, obligasi pemerintah AS dan emas sebagai aset aman alias safe haven.

"Pelepasan dana asing dari SBN dan aksi beli valasnya dalam jumlah US$ 9 miliar tersebut memicu kepanikan di pasar interbank domestik. Bank bank domestik yang sebagian besar sedang short dollar di call bank bank offshore yang akan membeli dollar dalam volume besar sekitar 10 - 50 juta US$ per deal," imbuh Nanang.

Rupiah bahkan menyentuh level terburuknya pada Maret 2020 di mana menembus level Rp16.620/US$.

Kala itu pasar panik setelah WHO mendeklarasikan pandemi Covid-19 dan seluruh negara melakukan travel ban (larangan bepergian).

"BI sudah masuk ke pasar melakukan intervensi di pasar SBN, spot dan DNDF [Non-Deliverable Forward di pasar domestik] sejak awal tekanan di akhir Februari."

"Di pasar SBN terjadi kepanikan, bukan hanya asing yang panik tapi juga investor domestik. Jadi tidak ada yang membeli SBN di pasar sekunder saat itu, hanya BI sebagai single buyer. Apabila BI tidak masuk pasar SBN, berpotensi terjadi sell off [ramai-ramai jual] dalam skala besar yang akan menimbulkan instabilitas sistem keuangan," cerita Nanang.

Namun, pada 2020 dengan sederet upaya BI, nilai tukar rupiah terjaga di Rp14.040 pada penutupan perdagangan 2020. Triple Intervention juga masih dilakukan BI pada periode tersebut.

Nanang mengatakan tahun 2021 adalah tahun memberi harapan dibandingkan 2020.

Meski kasus covid masih meningkat, mulai dilakukannya vaksinasi akan memberikan secercah harapan bagi pasar.

Nanang BIFoto: Nanang saat memberikan materi kepada para Jurnalis.



Kemudian kepemimpinan baru AS di bawah Joe Biden dinilai akan membuat tensi konflik dagang AS-China mereda, dan bank sentral AS, Eropa, dan Jepang akan masih lama mempertahankan suku bunga rendah dan terus memompa likuiditas.

"Sehingga fokus investor global seharusnya lebih kepada mencari aset high return di negara EM. Sehingga berpotensi mendorong aliran modal termasuk ke Indonesia," tutupnya.

Pamit dari BI

Pesan kembali datang pada hari ini 29 Januari 2021. Nanang memberikan kabar bahwa dirinya pamit dari BI.

"Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, pada hari ini 29 Januari 2021, merupakan hari terakhir saya berdinas dan berkarir di Bank Indonesia."

"Sebuah anugerah bagi saya, dapat berkerja di Bank Indonesia, selama 32 tahun 9 bulan. 8 tahun di awal bekerja di BI sebagai forex and bond dealer, 12 tahun sebagai ekonom, 6 tahun mendampingi tugas Pak Darmin Nasution dan Pak Agus Marto, ditugaskan 3 tahun mengembangkan pasar keuangan, dan 3 tahun terakhir diberi tugas untuk menjalankan amanah menjaga stabilitas Rupiah," paparnya.

"Tugas untuk menjaga Rupiah stabil di tengah hantaman gejolak global yang tidak pernah berhenti selama 3 tahun terakhir, tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa dukungan sahabat media dalam menyampaikan pesan ke pelaku pasar domestik dan luar negeri serta masyarakat. Saya dalam kesempatan ini menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga atas dukungan sahabat sahabat media dalam menjalankan amanah menjaga stabilitas Rupiah."

Nanang memasuki masa pensiun di bank sentral. Ia menyampaikan permohonan maafnya atas segala salah dan khilaf seraya berpesan; "Be well and stay healthy, do good work for Indonesia, and keep in touch."

Kepada CNBC Indonesia, Nanang mengatakan, 2021 adalah tahun memberi harapan dibandingkan 2020.

Meski kasus covid masih meningkat, mulai dilakukannya vaksinasi akan memberikan secercah harapan bagi pasar.

Kemudian kepemimpinan baru AS di bawah Joe Biden dinilai akan membuat tensi konflik dagang AS-China mereda, dan bank sentral AS, Eropa, dan Jepang akan masih lama mempertahankan suku bunga rendah dan terus memompa likuiditas.

"Sehingga fokus investor global seharusnya lebih kepada mencari aset high return di negara EM. Sehingga berpotensi mendorong aliran modal termasuk ke Indonesia," tutupnya.

Salah satu analis, Satria Sambijantoro saat dimintakan pendapatnya bercerita jika sosok Nanang merupakan contoh yang baik ketika berkomunikasi ke market.

"Pak nanang memberikan contoh bagaimana pejabat bank sentral berkomunikasi. Komunikasi merupakan satu bagian penting dari bank sentral untuk menjagaaga stabilitas pasar keuangan," kata Satria.

Menurutnya, penting bagi bank sentral untuk dapat menyamakan persepsi dan memberikan ekspektasi pada pasar. "Pak Nanang telah memberikan contoh yang sangat baik dalam strategi berkomunikasi di BI."

"Terkadang pelaku pasar memiliki perbedaan interpretasi dan persepsi di pasar valas terutama dari sis arah supply demand di pasar. Pak Nanang membantu menyamakan persepsi tersebut dan mengendalikan pasar finansial sehingga stabilitas sangat terjaga terutama di 2020," kata Satria.

Sukses Selalu Pak Nanang, Idola Para Jurnalis, Penunggang 'Naga' yang Berani!



(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tajam 4 Bulan, BI: Masih Undervalued!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular