Bursa Asia Ditutup 'Membara', Hang Seng & IHSG Paling Parah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
28 January 2021 16:44
pasar saham asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kompak ditutup terkoreksi dalam pada perdagangan Kamis (28/1/21), karena tertular kecemasan pasar Amerika Serikat (AS) setelah aksi jual besar-besaran dini hari tadi.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,53%, Hang Seng Hong Kong ambrol 2,55%, Shanghai Composite China anjlok 1,91%, STI Singapura terperosok 1,3%, dan KOSPI Korea Selatan terjerembap 1,71%.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup terkoreksi parah pada hari ini, yakni terjatuh 2,12% ke level 5.979,39.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 26 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 16,24 triliun. Padahal di awal-awal sesi II, asing masih mencatatkan net sell alias jual bersih.

Pelemahan bursa saham Asia sebagian besar diakibatkan dari koreksi parah saham-saham teknologi di beberapa bursa saham di kawasan Asia.

Dilansir dari Trading Economics, di indeks Nikkei Jepang, saham CyberAgent Inc. ambles hingga 7,86%. Sementara di indeks Shanghai China, saham teknologi Yonyou Software anjlok hingga 9,15%. Di KOSPI Korea Selatan, saham elektronik merek LG pun terkoreksi 2,43%.

Sementara itu di Wall Street, indeks S&P 500 dan Dow Jones mencetak koreksi terburuk sejak Oktober. Volume perdagangan kemarin meledak menjadi 23,7 miliar saham, menjadi yang terburuk sejak 2007.

Aksi beli spekulatif terjadi pada saham yang jadi target jual kosong (short sell). Pengelola dana raksasa dikhawatirkan bakal melego saham lainnya akibat aksi tersebut.

Di lain sisi, Indeks Volatilitas Cboe, atau yang dikenal sebagai indeks kecemasan pelaku pasar, tercatat melompat di atas 27 dan ditutup di level tertingginya 37, menjadi yang tertinggi sejak 30 Oktober.

Sementara itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan suku bunga acuannya di dekat nol setelah kesimpulan dari pertemuan dua hari pada hari Rabu. The Fed juga mengatakan akan terus membeli setidaknya US$ 120 miliar obligasi sebulan.

"Perekonomian masih jauh dari kebijakan moneter dan tujuan inflasi kami, dan mungkin perlu waktu untuk mencapai kemajuan substansial lebih lanjut." kata Ketua The Fed, Jerome Powell dalam konferensi pers pasca pertemuannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular