Pasar Yakin The Fed Tak Beri Kejutan, Rupiah Mencoba Bangkit!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 January 2021 09:20
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Semakin dekat dengan pengumuman hasil rapat bulanan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sepertinya investor semakin kalem, tidak lagi grasa-grusu.

Pada Rabu (27/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.040 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah berhasil menguat. Pada pukul 09:19 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.030 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.040/US$, terdepresiasi 0,21%. Mata uang Tanah Air sepanjang hari berada di zona merah, tidak pernah sedetik pun merasakan damainya yang hijau-hijau.

Namun hari ini rupiah siap membalas dendam. Ada peluang rupiah bisa menguat hingga tutup lapak pasar spot hari ini.

Sejak awal pekan ini investor heboh menyongsong rapat bulanan Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Kehebohan ini membuat aset-aset berisiko di negara berkembang kurang peminat, banyak yang lebih memilih bermain aman.

Hasil rapat FOMC akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Semakin dekat ke waktu pengumuman, sepertinya kehebohan di pasar pun mereda.

Mengutip CME FedWatch, probabilitas suku bunga acuan Negeri Paman Sam tetap bertahan di 0-0,25% mencapai 100%. Tidak ada ruang sama sekali untuk perubahan.

Bahkan hingga akhir 2021, kemungkinan besar Federal Funda Rate masih belum berubah. Peluang suku bunga acuan bertahan di 0-0,25% dalam rapat FOMC periode Desember 2021 mencapai 92,3%. Peluang yang sangat tinggi.

cmeSumber: CME FedWatch

Namun bukan hanya suku bunga acuan yang menjadi perhatian. Pelaku pasar juga akan menyoroti tone dari arah kebijakan moneter, apakah masih ultra-longgar atau hawa pengetatan mulai terlihat, apakah akan melanjutkan pembelian aset (quantitative easing) atau sudah menarik diri.

Sepertinya pelaku pasar semakin tidak yakin akan ada perubahan tone dari The Fed. Ketua Jerome 'Jay' Powell kemungkinan besar masih akan memasang nada rendah alias dovish mengingat perekonomian Negeri Adidaya belum pulih betul dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Powell sepertinya akan kembali menegaskan bahwa The Fed belum akan keluar dari kebijakan ultra-longgar dalam waktu dekat. Ini tentu akan membuat dolar AS tertekan," Kata Joseph Carusso, Currency Analyst di Commonwealth Bank of Australia yang berkedudukan di Sydney (Australia), seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, para pejabat teras The Fed pun sudah cetha wela-wela menyatakan bahwa pengetatan kebijakan (tapering off) belum akan terjadi dalam waktu dekat. Namun isu tapering off masih saja beredar di pasar.

"Kami akan terus melakukan itu (pembelian aset di pasar keuangan) sampai ekonomi betul-betul solid. Jadi saya rasa akan butuh waktu sampai kita bicara soal tapering," kata Eric Rosengren, Presiden The Fed Boston, seperti dikutip dari Reuters.

"Saya belum melihat kami akan mengurangi (pembelian aset) sekarang atau dalam waktu dekat. Mungkin itu baru akan terjadi pada akhir 2021 atau awal 2022, tetapi tentu tergantung bagaimana arah perekonomian yang lagi-lagi bergantung dari perkembangan pandemi," kata Patrick Harker, Presiden The Fed Philadelphia, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kini, dengan semakin dekatnya pengumuman hasil rapat FOMC, pelaku pasar sudah semakin percaya bahwa The Fed kemungkinan tidak akan memberikan kejutan. Kehebohan berangsur mereda, pasar kini sudah lebih tenang, lebih kalem, lebih rasional.

Akibatnya, minat investor terhadap aset-aset berisiko yang memberikan keuntungan tinggi kembali meningkat. Arus modal yang sempat enggan mampir kini berbondong-bondong mendatangi pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Aliran modal ini menjadi pijakan bagi rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular