Analisis Teknikal

Amerika Serikat Ganti Presiden, Rupiah Siap Tembus 14.000/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 January 2021 08:54
Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden and his wife Jill Biden wave to supporters, Tuesday, Nov. 3, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Andrew Harnik)
Foto: AP/Andrew Harnik

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.050/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Dolar AS yang mengendur membuat rupiah mampu menguat.

Di awal pekan lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS berakhir stagnan setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam satu bulan terakhir. Sementara kemarin indeks dolar AS turun 0,29%, dan berlanjut Rabu (20/1/2021) pagi sebesar 0,08% ke 90,429.

Dengan demikian, ada peluang rupiah akan menguat lagi pada hari ini. Apalagi, Joseph 'Joe' Biden hari ini akan dilantik menjadi Presiden AS menggantikan Donald Trump yang kalah dalam pemilihan umum November tahun lalu.

Begitu dilantik, Biden akan langsung bergabung kembali dalam perjanjian iklim Paris, dimana Trump sebelumnya keluar dari perjanjian tersebut. Biden juga akan mencabut larangan Muslim datang ke AS, kemudian mewajibkan penggunaan masker.

Pada hari Kamis, Biden akan menandatangani peraturan presiden terkait dengan pembukaan kembali sekolah dan dunia usaha. Di hari Jumat, ia kan memerintahkan Kabinetnya untuk segera bertindak memberikan bantuan ekonomi bagi keluarga yang terdampak krisis akibat Covid-19.

Selain itu, Biden juga akan menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun. Pada bulan Maret 2020 lalu, pemerintah AS menggelontorkan stimulus fiskal pertama akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) senilai US$ 2 triliun.

Setelah stimulus tersebut dirilis, nilai tukar dolar AS terus melemah, maklum saja jumlah uang tunai yang bereda di perekonomian menjadi bertambah. Efek yang sama kemungkinan besar akan terjadi setelah stimulus fiskal dari Biden cair.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kembali mendekati level psikologis Rp 14.000/US$. Rupiah juga bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

Artinya jika hari ini rupiah kembali ke bawah MA 50, pola death cross akan berlanjut yang bisa membawa Mata Uang Garuda kembali perkasa.

Sementara itu, indikator stochastic bergerak mendatar dan cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold) atau pun jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto" Refinitiv 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di level psikologis Rp 14.000/US$, yang di awal pekan lalu menahan penguatan rupiah. Potensi penguatan hari ini masih di level tersebut, dan jika berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat ke level Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$ di pekan ini.

Peluang penguatan lebih jauh akan terbuka cukup lebar jika rupiah mampu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 13.900/US$.

Sementara jika kembali ke atas Rp 14.100 rupiah berisiko melemah ke Rp 14.135/US$ hingga Rp 14.170/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular