Emas Cuma Naik Tipis, tapi Saham MDKA Malah Melesat?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
15 January 2021 18:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan emas, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) pada perdagangan Jumat (15/1/21) ditutup melesat 4,08% ke posisi Rp 2.550/saham.

Dalam sebulan, saham MDKA memang masih terkoreksi, yakni 3,77%. Namun selama sebulan terakhir, MDKA sudah melesat hingga 34,97% dan dalam tiga bulan terakhir sudah melesat 51,79%.

Nilai transaksi saham MDKA hari ini mencapai Rp 185,6 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 72,8 miliar lembar saham. Investor asing melakukan aksi beli bersih saham MDKA sebesar Rp 6,49 miliar di pasar reguler.

Melesatnya saham MDKA diakibatkan dari harga emas acuan dunia yang kembali menguat pada hari ini, walaupun penguatannya masih cenderung tipis.

Harga emas di pasar spot naik ke level US$ 1.851/troy ons hari ini, Jumat (15/1/2021). Logam kuning tersebut menguat 0,27% dibanding posisi penutupan harga kemarin.

Kemarin Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengumumkan proposal stimulus senilai US$ 1,9 triliun. Namun indeks dolar masih di rentang 90, sementara imbal hasil (yield) nominal obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun masih di atas 1% sehingga menghambat kenaikan harga emas.

Emas dan dolar AS memiliki korelasi negatif yang kuat. Artinya gerak greenback berlawanan arah dengan emas. Saat dolar AS menguat harga emas cenderung melemah.

Emas memang ditransaksikan dalam dolar AS, sehingga penguatan dolar AS akan membuat emas menjadi lebih mahal terutama bagi investor lain yang tidak memegang mata uang tersebut.

Kemudian penguatan dolar AS mengindikasikan adanya kemungkinan bahwa pasar melihat prospek perekonomian yang lebih bagus ke depan. Kecenderungan penguatan dolar AS juga mencerminkan kebutuhan likuiditas yang tinggi seperti halnya yang terjadi saat pasar anjlok pada Maret tahun lalu.

Di pasar obligasi, kenaikan yield surat utang pemerintah AS terutama untuk tenor 10 tahun yang sering jadi acuan juga membebani harga emas. Imbal hasil nominal obligasi pemerintah AS tenor tersebut naik ke 1%, setelah sekian lama tertekan dan sempat turun ke bawah 0,5%.

Kenaikan yield nominal tersebut turut menekan harga emas, meski sejatinya jika dikalkulasi lebih lanjut yield riilnya masih negatif karena inflasi di AS 1,2%. Hal inilah yang membuat emas masih punya peluang menguat saat dolar AS mulai kendor dan yield obligasi menurun.

Peluang emas naik juga masih terbuka setelah ketua bank sentral AS Federal Reserves yakni Jerome Powell kembali menegaskan bahwa suku bunga acuan tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat. Program pembelian aset keuangan atau quantitative easing (QE) juga masih akan tetap dilanjutkan.

Apabila indeks dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS semakin turun, maka saat itulah harga emas akan punya potensi lebih besar untuk menguat.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Agresif Ekspansi, MDKA Genjot Produksi Emas Hingga Nikel 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular