
Kasus Covid-19 di China Naik Lagi, Bursa Asia Ditutup Mixed

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kembali ditutup bervariasi pada Jumat (15/1/21), menyusul penyebaran baru virus corona (Covid-19) di China hingga memudarkan kabar bagus dari kucuran stimulus di Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,62% dan KOSPI Korea Selatan ditutup ambrol 2,03%.
Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,27%, Shanghai Composite China naik tipis 0,01%, dan Straits Times Index (STI) Singapura tumbuh 0,16%.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini ditutup melemah 0,85% di level 6.373,41, di tengah aksi ambil untung setelah IHSG melesat kencang sepekan terakhir.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 127 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 23,68 triliun.
Pasar di kawasan Asia Pasifik sempat menghijau di awal perdagangan tetapi terkoreksi setelah China melaporkan kenaikan kasus Covid-19 yang memicu karantina wilayah (lockdown) di beberapa kota, sehingga mengaburkan peluang pemulihan ekonomi global.
Namun, kabar agak positif datang dari perusahaan farmasi global Johnson & Johnson (J&J). Setelah melakukan uji coba terhadap vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan, hasilnya pun menjanjikan.
Ilmuwan J&J secara acak menyuntikkan kandidat vaksin yang dikembangkan kepada orang dewasa sehat antara usia 18 dan 55 dan mereka yang berusia di atas 65 tahun dengan dosis vaksin yang tinggi maupun rendah dan plasebo (kontrol).
Sebagian besar sukarelawan dilaporkan menghasilkan antibodi penetral yang dapat dideteksi, yang diyakini para peneliti memainkan peran penting dalam mempertahankan diri dari infeksi virus setelah 28 hari percobaan penyuntikan.
Pada hari ke 57, semua sukarelawan memiliki antibodi yang terdeteksi, terlepas dari dosis vaksin atau kelompok usia, dan tetap stabil selama setidaknya 71 hari dalam kelompok usia 18 hingga 55 tahun.
Berbeda dengan kebanyakan vaksin Covid-19 lain yang membutuhkan dua dosis atau dua kali suntikan, vaksin yang dibuat oleh J&J hanya membutuhkan satu dosis saja untuk setiap orang. Itu berarti pasien tidak perlu kembali untuk mendapatkan dosis tambahan sehingga menyederhanakan kebutuhan logistik.
"Data uji klinis fase satu dan dua menunjukkan satu suntikan vaksin memberikan antibodi yang berkelanjutan" kata Dr. Paul Stoffels, kepala petugas ilmiah di J&J, kepada Meg Tirrell dari CNBC International dalam sebuah wawancara.
Sementara itu di AS, Joe Biden yang akan berkantor di Gedung Putih pada 20 Januari mendatang, semalam mengumumkan Rencana Penyelamatan Amerika (American Rescue Plan), yang berisikan perpanjangan program tunjangan pengangguran hingga September dan bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 1.400 per warga AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
