Produksi Batu Bara BUMI Sepanjang 2020 Tembus 83 Juta ton

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
12 January 2021 12:23
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Sepanjang 2020, emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memproduksi 83-85 juta ton batu bara, atau hampir sama dengan produksi 2019. Sementara untuk tahun ini, BUMI menargetkan produksi batu bara mencapai 85-90 juta ton atau naik sekitar 5,8% dibandingkan 2020.

"Masih belum menerima data pastinya, tetapi saya rasa produksi sepanjang 2020 mencapai sekitar 83-85 juta ton. Sementara tahun ini kami mengupayakan bisa mencapai produksi 85-90 juta ton," kata Director & Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava kepada CNBC Indonesia (12/01/2021).

Sebelumnya, Dileep mengatakan dalam kondisi pasar yang sempurna produksi Bumi Resources pernah lebih tinggi hingga 100 juta ton per tahun. Dia mengatakan perusahaan optimistis pada pasar batu bara tahun depan, terutama dengan adanya vaksin Covid-19. Selain itu di pasar global, setelah adanya pemilihan presiden Amerika Serikat diproyeksikan beberapa konflik ekonomi global akan mereda. Dengan begitu permintaan batu bara pun diperkirakan akan meningkat.

"Strategi kami adalah memprioritaskan penjualan domestik, melindungi dan memperkuat pangsa pasar di luar negeri," katanya.

Dileep menambahkan Bumi Resources juga akan fokus pada optimalisasi dan efisiensi semua biaya, membayar utang dan memperbaiki struktur permodalan. Kemudian meningkatkan dan menekankan lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik. Saat ini perusahaan masih belum finalisasi target 2021, namun biasanya ekspor berkontribusi 75% dan dengan peningkatan produksi diharapkan bisa tetap berkisar 70-75%.

Bumi Resources juga menjadi eskportir batu bara thermal terbesar di Indonesia, dengan pangsa pasar terbesar China. Dengan begitu aturan larangan impor batu bara dari Australia ke China seharusnya dapat menguntungkan bagi Indonesia, khususnya perusahaan.

"Kami juga memiliki strategi untuk tumbuh melampaui batubara melalui PT Bumi Resources Minerals (BRMS) dan mencari lebih banyak peluang pasokan batubara untuk proyek hilir bernilai tambah seperti gasifikasi untuk PT Kaltim Prima Coal dan dan PT Arutmin Indonesia sebagai anak usaha BUMI. Selain itu juga meningkatkan nilai bagi pemegang saham," jelas Dileep.

Selain itu, kenaikan harga batu bara di akhir tahun juga dapat mendongkrak kinerja keuangan emiten batu bara terbesar ini, yang akan terlihat pada kuartal I-2021. Sebagian besar kontrak batu bara perusahaan mengacu pada indeks pada kuartal III-2020, sehingga pada kuartal IV-2020 masih ada kontrak dengan harga batu bara pada kuartal sebelumnya.

"Keuntungan dari kenaikan harga batu bara yang saat ini mencapai US$ 76,7 per ton baru akan terlihat pada penjualan kuartal I-2021," kata Dileep.

Selain itu, dengan adanya perpanjangan izin usaha pertambangan anak usaha perusahaan PT Arutmin Indonesia menjadi IUPK, dan KPC di tahun 2021, kinerja perusahaan ditargetkan meningkat tahun depan. Apalagi kedua anak usahanya pun telah menyesuaikan rencana produksi yang disetujui melalui RKAB oleh Kementerian ESDM dan akan mencapai minimal angka produksi yang sama dengan tahun ini.

Area yang Arutmin dapatkan dan disetujui untuk perpanjangan IUPK sudah sesuai dengan feasibility study dan rencana produksi 10 tahun ke depan, sehingga tidak akan mengganggu volume profitabilitas Arutmin di tahun 2020 dan 2021.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Batu Bara BUMI Capai 78,7 Juta Ton di 2023

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular