
Dow Futures Turun 190 Poin, Awas Wall Street Dilanda Koreksi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (11/1/2021) melemah, setelah investor menghitung ulang valuasi pasar dan ekspektasi keluarnya stimulus jumbo di tengah risiko politik yang masih membayang.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,6% atau 190 poin. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga surut, masing-masing sebesar 0,5% dan 0,4%.
Saham Tesla melesat 25% pekan lalu dan 800% setahun terakhir, mencerminkan saham tersebut ditransaksikan sebanyak 90 kali dari arus kas tahun 2021. Di saham pra-pembukaan, saham perusahaan yang dikendalikan Elon Misk itu merosot 2%.
Saham Boeing ambles 2%, sementara JP Morgan tertekan 1% di pasar pra pembukaan. Bitcoin, uang kripto yang menjadi simbol spekulasi di pasar keuangan pada awal perdagangan Senin melemah ke US$ 35.000 setelah sempat melambung hingga menembus US$ 40.000.
"Setelah bullish beberapa bulan, kita akhirnya menjadi kian hari-hari melihat pasar saham pada level sekarang ini," tutur Matt Maley, Kepala Perencana Pasar Miller Tabak dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Suhu politik di Washington kembali memanas setelah Partai Demokrat yang didukung beberapa politisi Partai Republik mengajukan pemakzulan (impeachment) di DPR, untuk menjatuhkan Presiden Donald Trump menyusul pengerahan massa di gedung Capitol yang memakan 4 jiwa.
Pekan lalu, indeks S&P 500 menguat 4 hari beruntun dengan akumulasi reli sebesar 1,8% hingga membawa indeks acuan bursa tersebut menyentuh rekor tertinggi. Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga menyentuh rekor tertinggi, dengan naik 1,6% dan 2,4% pekan lalu.
Bursa saham mencetak kinerja yang tokcer menyambut prospek stimulus fiskal tambahan setelah Partai Demokrat menyapu bersih Kongres. Pada Jumat akhir pekan lalu, presiden terpilih Joe Biden menjanjikan stimulus ekonomi lebih besar, bernilai "triliunan dolar."
Dia menjanjikan akan memberikan lebih banyak detil pada Kamis nanti, atau enam hari jelang hari pertamanya berkantor di Ruang Oval, Gedung Putih. Kebutuhan stimulus yang lebih besar semakin mendesak menyusul buruknya data ketenagakerjaan per Desember lalu.
Di sisi lain, harga acuan obligasi pemerintah AS melemah, sebagaimana terlihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang naik lebih dari 1%, atau pertama sejak Maret ketika pandemi menyerang.
Harga obligasi bergerak berlawanan arah dengan imbal hasil. Koreksi harga obligasi AS biasanya diikuti dengan kenaikan bursa saham karena terjadi peralihan aset dari kedua pasar tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street