
Vaksinasi Mulai Pekan Ini, Rupiah Bakal Lari Kencang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sepanjang pekan lalu menguat 0,43% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 13.980/US$. Penguatan tajam terjadi di awal pekan, atau perdagangan pertama tahun 2021.Namun pada perdagangan Jumat (8/1/2020), merosot hingga 0,65% yang memangkas penguatan di awal pekan.
Kenaikan yield obligasi (Treasury) AS serta ekspektasi membaiknya perekonomian AS membuat dolar AS "mengamuk" di hari Jumat.
Di sisi lain, ekspektasi membaiknya perekonomian AS membuat sentimen pelaku pasar membaik, sehingga mengalirkan modalnya ke negara-negara emerging market dengan imbal hasil tinggi seperti Indonesia yang bisa menopang penguatan rupiah.
Sementara itu dari dalam negeri hari ini, Senin (11/1/2021) kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat, atau yang saat ini disebut Pemberakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) resmi dimulai hari ini, dan berlangsung selama 2 pekan ke depan.
Selain itu, vaksinasi virus corona di Indonesia sudah bisa dimulai di pekan ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memberi label halal dan suci untuk vaksin penangkal virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih melakukan uji untuk menerbitkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA).
Vaksin, apabila efektif, akan membentuk kekebalan tubuh sehingga mengurangi risiko infeksi virus corona. Jika sebagian besar populasi sudah menerima vaksin, maka akan tercipta kekebalan kolektif (herd immunity) sehingga rantai penularan bisa diputus. Pandemi pun bisa diakhiri dan rakyat Indonesia bisa hidup normal lagi.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih mampu bertahan di bawah level psikologis Rp 14.000/US$ yang membuka peluang berlanjutnya penguatan.
Apalagi, sejak November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.
Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.
Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian berada di wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang berada di wilayah oversold berarti ada risiko koreksi rupiah.
Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.000/US$, jika ditembus dan tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.040/US$. Rupiah berisiko melemah ke Rp 14.100 hingga 14.115/US$ (MA 50) jika Rp 14.040/US$ juga dilewati.
Sementara itu selama tertahan di bawah Rp 14.000/US$ rupiah berpeluang kembali menguat ke Rp 13.930/US$. Jika level tersebut ditembus, Mata Uang Garuda berpeluang menguat menuju Rp 13.900 hingga Rp 13.880/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
