
Perhatian! Naik Kencang ke US$ 80/Ton, Simak Saham Batu Bara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures (berjangka) batu bara termal Newcastle sempat terjun bebas dari US$ 85/ton ke US$ 75/ton. Namun pada perdagangan kemarin, harga kontrak si batu hitam rebound.
Harga kontrak yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka tersebut ditutup melesat dengan apresiasi 6.47% kemarin. Kontrak batu bara yang berakhir Februari tersebut kini kembali lagi ke level US$ 80/ton atau tepatnya di US$ 80,6/ton.
Anjloknya harga batu bara merupakan sebuah fenomena koreksi sehat. Namun fundamental pasar yang lebih kuat dibanding tahun 2020 membuat harganya kembali melesat.
Fakto ketanya pasokan di China masih jadi pemicu utama yang membuat harga komoditas bahan bakar fosil ini kuat di atas US$ 70/ton. Rebound ekonomi China membuat konsumsi listrik meningkat. Namun pasokan batu bara domestik yang minim membuat harganya melesat tajam.
Harga batu bara termal acuan Qinhuangdao 5.500 Kcal/kg di China tembus RMB 788/ton pekan lalu dan sudah melampaui rentang target yang ditetapkan oleh Pemerintah China di RMB 500 - 570 per ton.
Kurangnya pasokan batu bara domestik membuat produksi listrik tidak mencukupi kebutuhannya. Alhasil pemerintah China harus membatasi penggunaan listrik di luar jam sibuk untuk pabrik sejak pertengahan Desember dengan melakukan pemadaman.
Pemadaman listrik selama seminggu di berbagai daerah telah diberlakukan di Shenzhen, ibu kota teknologi China, yang memiliki produk domestik bruto per kapita tertinggi di negara itu. Provinsi Jiangsu Timur juga memberlakukan pembatasan listrik.
Alhasil ini mempengaruhi industri dan rumah tangga. Banyak warga yang merasakan kedinginan karena listrik padam dan banyak pengusaha gagal memenuhi target karena pabrik mati saat jam produksi.
Kendati China sudah meminta produsen batu bara lokal untuk meningkatkan produksinya serta melakukan relaksasi kebijakan impor batu baranya harga si batu legam di Negeri Panda masih belum mau turun.
Kenaikan permintaan China yang dibarengi dengan pemangkasan produksi batu bara di negara produsen membuat harga batu bara melesat tajam di tengah retaknya hubungan bilateral antara Australia dengan China.
Meski dihantam badai pandemi, produksi batu bara tahun 2020 ternyata bisa di atas target yang dipatok pemerintah sebesar 550 juta ton, yakni mencapai 557,54 juta ton.
Melihat realisasi produksi batu bara hingga akhir 2020 dan harga batu bara yang tinggi saat ini, tak menutup kemungkinan produksi batu bara pada 2021 ini juga bisa melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 550 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demand Belum Membaik, Industri Batu Bara Butuh Relaksasi Ini