
Awali Trading 2021, IHSG Menguat 1% di Penutupan Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi pertama perdagangan perdana tahun ini pada Senin (4/1/2021) di jalur hijau, setelah melalui volatilitas tinggi di tengah sinyal pemulihan manufaktur nasional tetapi dibayangi risiko pandemi.
Indeks acuan bursa nasional tersebut naik 59,7 poin atau persis 1% ke level 6.038,802. Sebanyak 226 saham menguat, 247 melemah dan 137 lainnya flat. Transaksi bursa cukup ramai dengan volume saham yang diperdagangkan 14.000 kali lebih hingga lebih dari 768.000 kali perdagangan.
Pada pagi tadi, IHSG dibuka hijau 0,48% ke level 6.007,94. Namun selang 10 menit, IHSG berbalik arah dengan turun 0,44% ke level 5.952,62 dan diperdagangkan di bawah psikologisnya di angka 6.000. Meski demikian, kondisi kembali berbalik selang 20 menit kemudian.
Nilai transaksi harian mencapai Rp 8,3 triliun, dengan pembelian bersih (net buy) asing sebesar Rp 103,34 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing menggunakan momen penuh fluktuasi tersebut untuk memborong saham-saham yang tertekan.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi efek yang paling aktif diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp 1,2 triliun setelah melesat 7,5% atau 145 poin ke Rp 2.080 per unit saham. Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menyusul dengan nilai Rp 800 miliar, tetapi sahamnya anjlok 6,3% atau 105 poin ke Rp 1.550 per unit.
Sentimen positif datang dari Indonesia, di mana angka Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur versi markit untuk periode Desember 2020 cukup memuaskan. PMI manufaktur RI mengalami ekspansi sebesar 0,7 poin menjadi 51,3 dari sebelumnya di angka 50,6.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha berada di fase ekspansi yang hasilnya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan. Artinya, manufaktur RI Kembali menggeliat setelah sebelumnya merana akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Namun, perkembangan seputar virus corona (Covid-19) masih membayangi psikologi investor, karena pandemi kembali merajalela secara global dengan munculnya strain baru virus Corona, di tengah beberapa laporan efek samping yang buruk dari vaksin yang mulai didistribusikan di beberapa negara.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan perlu waktu 3,5 tahun untuk dapat menyelesaikan proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Hal itu berdasarkan perhitungan pemerintah terhadap jumlah sasaran vaksinasi untuk mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity.
Namun, terdapat beberapa laporan mengenai efek samping buruk yang dialami para penerima vaksin, yang bahkan memicu kematian bagi tiga penerima vaksin di Swiss. Bahkan, 240 penerima vaksin di Israel justru dilaporkan terjangkit Covid-19 setelah divaksin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah