Goks! Tembus Rekor Lagi, Punya 1 Bitcoin Bisa Beli Honda CRV

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
04 January 2021 10:25
FILE PHOTO - A small toy figure is seen on representations of the Bitcoin virtual currency in this illustration picture, December 26, 2017. REUTERS/Dado Ruvic
Foto: Bitcoin (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Bitcoin tentu sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang. Kini criptocurrency tersebut menjadi primadona di kalangan pelaku pasar dan harganya melesat, bahkan terus mencetak rekor tertinggi barunya. 

Awal saat diluncurkan, Bitcoin hanya dianggap sebagai 'barang' yang sifatnya spekulatif. Justru sistem blockchain yang menjadi sorotan banyak pihak kala itu. Sistem tersebut memungkinkan setiap orang untuk melakukan transaksi secara efisien tanpa melalui perantara seperti perbankan.

Pada tahun 2018 harga Bitcoin sempat mencapai level tertingginya. Kala itu 1 Bitcoin bahkan dihargai lebih dari US$ 16.000. Banyak pihak mewanti-wanti bahwa Bitcoin akan menjadi bubble dan ramalan tersebut terjadi.

Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan bulan harga Bitcoin longsor ke bawah US$ 4.000. Namun seiring dengan berjalannya waktu Bitcoin tidak hanya menarik perhatian para investor ritel tetapi juga investor institusional yang memiliki dana besar.

Sepanjang tahun 2020, harga Bitcoin melesat lebih dari 300% mengalahkan S&P 500 yang menguat lebih dari 15% dan emas yang terapresiasi 25%. Kenaikan tersebut terjadi karena mulai banyak investor institusi yang membeli Bitcoin.

Menurut laporan bank investasi global JP Morgan, 0,18% dari total aset yang dikelola oleh fund manager seperti family office adalah Bitcoin. Tak hanya family office saja yang tertarik dengan cuan tebal Bitcoin, para pengelola dana dari kalangan hedge fund pun demikian.

Salah satunya adalah Paul Tudor Jones seorang triliuner sekaligus pendiri firma investasi Tudor Investment Company. Ia mengatakan 1-2% dari total aset yang ia kelola dialokasikan untuk Bitcoin.

Tidak hanya perusahaan investasi saja yang melirik Bitcoin. Bahkan korporasi pun juga sampai ikut, yang terbaru ada CEO Tesla yang kontroversial Elon Musk. Belum lama ini Musk menunjukkan ketertarikannya terhadap Bitcoin.

Tujuan investor membeli Bitcoin sebenarnya beragam. Ada yang untuk lindung nilai (hedging) dari tren pelemahan dolar AS akibat kebijakan moneter ultra longgar The Fed, bahkan ada pula yang melihat prospek ke depan mata uang digital.

Era suku bunga murah dan injeksi likuiditas yang masif lewat quantitative easing oleh The Fed membuat indeks dolar terkoreksi 6,67% sepanjang 2020. Yield obligasi pemerintah AS yang rendah membuat investor memindahkan sebagian portofolionya ke aset yang memberikan cuan lebih tebal.

Sebagian lari ke saham sebagian lagi lari ke emas untuk lindung nilai dari risiko inflasi yang tinggi akibat pasokan uang yang berlimpah. Bitcoin kini sudah menyandang status baru sebagai aset yang diperhitungkan untuk hedging.

Bahkan dalam laporannya, JP Morgan menyebut bahwa emas sekarang sudah punya tandingan yaitu Bitcoin. Pasca menyentuh harga tertingginya sepanjang sejarah pada Agustsu 2020, harga emas melorot signifikan. 

Di saat itu ada outflow dari aset berbasis emas (Exchange Traded Fund/ETF) sebesar US$ 7 miliar. Di waktu yang bersamaan ada inflows ke aset berbasis Bitcoin. Kenaikan harga Bitcoin juga tidak dapat dilepaskan dari prospek digitalisasi mata uang.

Seiring dengan perkembangan zaman mata uang fisik (fiat) mulai ditinggalkan. Transaksi elektronik mulai digemari. Bank sentral di seluruh dunia pun mulai mengkaji dan meneliti penggunaan mata uang digital.

Otoritas moneter sekelas The Fed pun sudah memiliki blue print untuk mengembangkan mata uang digital. Tujuannya bukan untuk mengganti dolar AS melainkan sebagai komplemen atau pelengkap saja. 

Salah satu bank sentral yang paling agresif dalam mengembangkan mata uang digital adalah People's Bank of China (PBoC). Bank sentral China tersebut bahkan sudah menginisiasi pilot project penggunaan mata uang digitalnya pada 2020. 

Tren pelemahan dolar yang terus berlanjut serta prospek penggunaan mata uang digital tersebutlah yang membuat harga Bitcoin terus melambung. Bahkan sekarang 1 Bitcoin sudah dihargai US$ 33.139 atau dalam kurs rupiah Rp 14.000, nilainya setara dengan Rp 463.946.00.

 

Jika Anda saat ini memegang 1 Bitcoin saja, maka ketika Anda menjualnya bisa digunakan untuk membeli satu unit mobil sekelas All New CR-V, bahkan 1 unit rumah ukuran 36-45 meter persegi di kawasan pinggiran kota Depok atau Tangerang. Fantastis!

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bitcoin si "Emas Digital" Melesat 75%, Minat Buat Investasi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular