Buka di Hari Terakhir 2020, Dua Bursa Asia Ditutup Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
31 December 2020 18:45
Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon)(AP Photo/Ahn Young-joon)
Foto: Kantor pusat KEB Hana Bank di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bursa saham di Kawasan Asia masih diperdagangkan pada hari terakhir di tahun 2020, dengan mayoritas ditutup di zona hijau.

Ada dua indeks utama Asia dan satu indeks besar di kawasan Asia Tenggara yang masih diperdagangkan pada hari ini, yakni indeks Hang Seng Hong Kong, Shanghai Composite China dan Straits Times Index (STI) Singapura.

Sementara itu, ketiga indeks saham Asia tersebut ditutup bervariasi, di mana hanya STI Singapura yang berakhir di zona merah pada penutupan tahun 2020, yakni melemah 0,89%.

Sedangkan Hang Seng Hong Kong mengakhiri tahun 2020 dengan tumbuh menggembirakan, yakni melesat 1,72% dan Shanghai Composite China ditutup menguat 0,31%.

Kabar baik datang dari China hari ini. Aktivitas manufaktur China masih mampu mempertahankan ekspansinya di bulan ini.

Data dari pemerintah China menunjukkan Purchasing Manager' Index (PMI) di bulan Desember sebesar 51,9, menurun dibandingkan bulan sebelumnya 52,1.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Meski PMI manufaktur China menurun, tetapi masih menunjukkan ekspansi, sehingga pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut terus berlanjut.

Sentimen positif lainnya datang dari Barat. House of Commons, salah satu dari 2 kamar di parlemen Inggris, sudah menyetujui draft perjanjian-perjanjian pasca Brexit yang dicapai antara Pemerintah Inggris dan Uni Eropa (UE).

Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan resmi terjadi pada 1 Januari 2021, setelah melewati masa transisi sepanjang tahun ini.

Inggris dan UE pada pekan lalu mengumumkan keduanya mencapai kesepakatan "zero tariff-zero quota", artinya tidak akan ada bea impor yang tinggi, atau pembatasan jumlah produk yang dijual kedua belah pihak.

Kemudian mengenai kesepakatan penangkapan ikan, nelayan dari UE maupun Inggris masih boleh menangkap ikan di kedua perairan selama 5,5 tahun ke depan. Setelahnya setiap tahun akan diadakan perundingan masalah kuota penangkapan ikan.

Draft tersebut kini akan di-voting di House of Lord, dan diperkirakan juga akan disetujui, sehingga hard Brexit tidak akan terjadi, Inggris 'bercerai baik-baik' dengan Uni Eropa.

Hard Brexit merupakan sesuatu yang ditakutkan pelaku pasar, sebab bisa membawa ekonomi Inggris merosot tajam, juga menyeret ekonomi negara-negara Eropa lainnya.

Kemerosotan ekonomi Eropa tentunya berisiko merembet ke negara-negara lainnya, alhasil kesepakatan dagang yang dicapai Inggris-UE membuat lega banyak pihak, dan tentunya berdampak positif di pasar finansial Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Jepang Jadi Fokus, Bursa Asia Kompak Menguat Kecuali China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular