
Jokowi Resmi Suntik Modal Rp 2 T untuk Bio Farma

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bio Farma (Persero), Holding BUMN Farmasi, resmi menerima suntikan dana dari Pemerintah sebesar Rp 2 triliun. Dana ini diberikan melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).
Pemberian modal ini sejalan dengan dirilisnya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 80 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan PT Bio Farma. Aturan ini telah ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 30 Desember 2020.
"Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham Bio Farma yang statusnya sebagai Perusahaan Perseroan (Persero) ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1997," tulis PP 80 tersebut.
Penambahan dana diberikan untuk Bio Farma dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas layanan kesehatan serta kemandirian industri farmasi nasional.
Selain itu, anggaran ini akan diberikan untuk membangun fasilitas pembuatan obat dan vaksin yang akan dilakukan oleh Bio Farma. Anggaran ini akan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2020.
"Penambahan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari APBN 2020 sebagaimana ditetapkan kembali dalam perubahan Postur dan Rincian Anggaran 2O2O," tulis aturan tersebut.
Bio Farma adalah induk dari tiga emiten farmasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Phapros Tbk (PEHA).
Tahun depan, perseroan mempersiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 2 triliun-Rp 2,5 triliun.
Dana ini sebagian besar akan dipakai untuk pengembangan kapasitas perusahaan untuk bisa menjadi regional hub (pusat) vaksin di Asia Tenggara.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan dana capex ini salah satunya bersumber dari penyertaan modal negara (PMN) dari pemerintah untuk sektor kesehatan sebesar Rp 2 triliun, dengan bagian untuk Bio Farma senilai Rp 1 triliun.
"Kita lagi menyusun rencana anggaran 2021 memang ada kisaran capex yang diusulkan, besaran capex-nya Rp 2 triliun-Rp 2,5 triliun. Ada pendanaan perbankan dan modal sendiri dan ada penambahan modal dari pemerintah di sektor healthcare, terutama Bio Farma dan anak usaha," kata dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Rabu (30/12/2020).
Dia memaparkan, tahun depan kebutuhan perusahaan senilai Rp 500 miliar untuk peningkatan kapasitas produksi dan penguasaan teknologi vaksin.
Saat ini kapasitas produksi perusahaan telah lebih dari 3 miliar dosis per tahun dan akan ditingkatkan yang menjadikan perusahaan sebagai produsen terbesar di kawasan.
"Ini yang menjadi target kita improvement ke depan itu untuk menambah kapasitas dan untuk penguasaan teknologi," imbuhnya.
Selain itu, ada juga kebutuhan Rp 500 miliar untuk mendukung implementasi program untuk menjadi regional hub.
Lalu ada investasi sistem digital yang tengah dilakukan perusahaan. Dengan teknologi ini, diharapkan proses yang ada di perusahaan secara end-to-end dari mulai produksi hingga vaksinasi di Bio Farma akan terdigitalisasi untuk bisa menjadi.
"Jadi menurut saya tahun depan merupakan tahun yang sangat menantang bagi kita, disamping harus membantu pemerintah mengatasi pandemi tapi kita juga harus berbenah untuk meningkatkan kompetensi dan meningkatkan kemampuan kita untuk bisa memenuhi harapan pemerintah untuk bisa menjadi regional hub vaksin di Asean," tandasnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kimia Farma Siap Rights Issue 2,7 Miliar Saham, Dapat Berapa?
