
Dow Jones Dibuka Naik 100 Poin Dipicu Rencana Stimulus Ekstra

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka naik pada perdagangan Selasa (29/12/2020), didorong ekspektasi usulan stimulus tambahan Presiden AS Donald Trump bakal disepakati di Senat.
Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 100 poin (+0,4%) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan 15 menit kemudian menjadi 119,51 poin (+0,39%) ke 30.523,48. S&P 500 naik 16,7 poin (+0,45%) ke 3.752,05. Nasdaq naik 56,6 poin (+0,44%) ke 12.956.
Saham Boeing menjadi pengangkat utama indeks Dow Jones, dengan naik lebih dari 1%, setelah produk 737 Max bakal kembali terbang di AS. Indeks saham sektor layanan kesehatan menjadi penggerak utama indeks S&P 500 dengan menguat 0,7%.
Sentimen pasar kian bullish setelah Trump meneken paket stimulus senilai US$ 900 miliar, termasuk di dalamnya bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 600 ke warga AS. Namun, dia menyerukan tambahan BLT menjadi US$ 2.000 per orang.
DPR AS melalui pemungutan suara menyepakati kenaikan nilai BLT menjadi US$ 2.000 per orang. Namun, kenaikan tersebut harus menunggu persetujuan Senat (yang dikuasai Partai Republik) terlebih dahulu.
"Kombinasi peredaran vaksin, stimulus fiskal, dan kebijakan moneter longgar terus menciptakan latar positif bagi pasar saham memasuki 2021," tutur Mark Haefele, Kepala Divisi Investasi UBS Global Wealth Management, kepada CNBC International.
Kemarin Dow Jones lompat 204 poin (0,7%) sedangkan S&P 500 dan Nasdaq tumbuh masing-masing sebesar 0,9% dan 0,7%. Sepanjang tahun berjalan, S&P 500 naik 15,6% Dow Jones tumbuh 6,5% sementara Nasdaq melesat 43% menyusul aksi buru saham teknologi.
Angka infeksi corona masih menjadi keprihatinan pelaku pasar, memicu keraguan akan pemulihan ekonom awal tahun depan. Sepekan terakhir, ada 184.000 infeksi baru di AS per hari, menurut analisis CNBCÂ International terhadap data Johns Hopkins University.
"Distribusi vaksin secara resmi telah dimulai... tetapi pandemi telah mencapai level yang memprihatinkan pada beberapa sisi," tulis Jason Pride, Chief Investment Officer (CIO) Glenmede.
Munculnya lagi infeksi viral memicu kebijakan pengetatan di banyak negara bagian AS, mengerdilkan upaya pembukaan kembali perekonomian. Jika penyebaran virus tidak terkendali hingga akhir tahun, menurut Pride, pengetatan akan menjadi kebijakan kunci sebelum vaksin bisa didistribusikan secara luas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir