Round Up Sepekan

Rupiah Suram Pekan Ini, Tak Berkutik Ditekuk Dolar AS!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 December 2020 13:45
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap greenback menjelang libur natal tahun 2020. Rupiah mengalami koreksi 0,5% sepanjang pekan ini bersama dengan mata uang utama Asia lainnya. 

Pada perdagangan terakhir di minggu ini (23/12/2020) nilai tukar rupiah dibanderol di Rp 14.150/US$ di arena pasar spot. Rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk jika dibandingkan dengan mata uang negara Asia lain.

Namun rupiah masih lebih mending ketimbang Baht Thailand yang terdepresiasi 0,67% di hadapan dolar AS dan Ringgit Negeri Jiran yang melemah 0,52% terhadap greenback. 

Hanya Won Korea Selatan yang berhasil menguat sangat tipis 0,03% terhadap dolar AS ketika indeks dolar bangkit dari level terendahnya di dua setengah tahun terakhir dengan apresiasi sebesar 0,3%.

Minggu ini ada beberapa peristiwa yang menjadi sentimen penggerak nilai tukar rupiah. Pertama tentu dari perombakan kabinet yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pada awal pekan ini Jokowi menunjuk enam menteri baru di Kabinet Indonesia Maju. Pergantian tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja dalam hal penanggulangan virus corona beserta dampaknya, serta membangkitkan perekonomian.

Meski demikian, sejak awal pekan sentimen pelaku pasar sebenarnya kurang bagus, bahkan bisa dikatakan buruk akibat mutasi virus corona di Inggris yang dikatakan bisa lebih mudah menyebar.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengumumkan temuan varian baru virus corona bernama VUI 202012/01 atau dalam klaster pohon filogenetiknya (pohon kekerabatan berdasarkan data genetik) disebut sebagai varian B.1.1.7.

Varian baru virus Covid-19 tersebut dikabarkan memiliki 70% peluang penularan lebih tinggi ketimbang strain awalnya. Akibatnya, banyak negara-negara yang menutup perbatasannya dengan Inggris. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah mengidentifikasi virus ini di Denmark, Belanda, dan Australia.

Adanya sentimen negatif terkait perkembangan pandemi Covid-19 dan momentum jelang natal membuat fenomena aliran modal keluar (capital outflow) terjadi di aset ekuitas RI. 

Di minggu ini pasar keuangan domestik hanya buka tiga hari saja sesuai dengan ketetapan cuti bersama dan libur Natal & Tahun Baru (Nataru). Investor asing mencatatkan aksi jual bersih saham senilai Rp 3,65 triliun di seluruh pasar.

Sementara itu di pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik 1,3 basis poin (bps) menjadi 6,124%. Tidak hanya hari ini, sejak awal pekan yield SBN sudah mengalami kenaikan, total sebesar 14,8 bps.

Untuk diketahui, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Saat yield naik, artinya harga sedang turun. Saat harga turun, kemungkinan asing melepas kepemilikannya, artinya terjadi capital outflow

Adanya capital outflow dan sentimen negatif terkait perkembangan Covid-19 membuat rupiah mengalami pelemahan di minggu ini.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular