
Pasar Modal Fluktuatif, Investor Buru Lagi SBN Tenor Panjang

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia cenderung menguat pada perdagangan Rabu (23/12/2020), kecuali Surat Berharga Negara (SBN) bertenor pendek yang ramai tertimpa aksi jual.
Harga obligasi tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-masih menguat, terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang tertekan 3,5 basis poin (bp) ke 6,097%. Imbal hasil SBN berseri FR0082 tersebut akhir tahun lalu berada di level 7,098%.
Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga penguatan yield mengindikasikan harga surat utang yang melemah. Demikian juga sebaliknya. Penghitungan imbal hasil menggunakan acuan basis poin (bp), yang setara dengan 1/100.
Koreksi harga yang terburuk menimpa obligasi berjatuh tempo 3 tahun yang imbal hasilnya naik 13,2 bp menjadi 5,041%. Sebaliknya obligasi tenor 5 tahun mengalami penguatan harga terbesar, di mana imbal hasilnya melemah 6,6 bp menjadi 5,326%.
Penguatan surat utang ini terjadi di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang surut 0,2% ke 6.008,7. Sementara itu, rupiah melemah 0,04% ke level Rp 14.150 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pelaku pasar melakukan peralihan portofolio dengan memburu surat utang, terutama yang bertenor panjang, karena melihat ada volatilitas yang membayangi perekonomian global. Mereka pun meninggalkan aset berisiko dan hanya selektif berinvestasi dengan memilih aset minim risiko.
Pelaku pasar cenderung tak mengkhawatirkan mutasi virus Corona di Inggris, yang dikabarkan 70% lebih menular ketimbang strain awalnya. Perhatian kini terfokus pada perkembangan politik di AS setelah Presiden Donald Trump mengancam tak meneken UU stimulus.
Trump menilai paket stimulus itu sebagai "aib" dan mendesak perubahan angka, termasuk besaran bantuan langsung tunai (BLT) warga AS dari US$ 600 per orang menjadi US$ 2.000 per orang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%