Belum Faktorkan Hasil Reshuffle, Pasar SBN Kembali Tertekan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 December 2020 18:24
Diskusi mengenai Perkembangan Pasar Surat Berharga Negara dan Pengaruh Ekonomi Global yang rencananya akan dihadiri oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan dan Ketua Dewan Komisaris Lembaga Penjamin Simpanan di Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (11/5/2018). (CNBC Indonesia/Gita Rossiana)
Foto: CNBC Indonesia/Gita Rossiana

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia kembali melemah pada perdagangan Selasa (22/12/2020), kecuali Surat Berharga Negara (SBN) tenor 25 tahun yang harganya masih menguat.

Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar bertambah 9,4 basis poin (bp) ke 6,132%. Imbal hasil SBN berseri FR0082 tersebut pada akhir tahun lalu berada di level 7,098%.

Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga penguatan yield mengindikasikan harga surat utang yang melemah. Demikian juga sebaliknya. Penghitungan imbal hasil menggunakan acuan basis poin (bp), yang setara dengan 1/100.

Koreksi harga yang terburuk menimpa obligasi berjatuh tempo 5 tahun yang imbal hasilnya naik 13,5 bp menjadi 5,392%. Sebaliknya obligasi 25 tahun menjadi satu-satunya yang mengalami penguatan harga, di mana imbal hasilnya melemah 5,1 bp menjadi 7,325%.

Pelemahan harga surat utang ini terjadi seiring dengan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambruk 2,3% atau 142,3 poin ke 6.023,289 menjadi yang terburuk di Asia. Sementara itu, rupiah melemah 0,32% ke level Rp 14.145 per dolar Amerika Serikat (AS).

Koreksi yang terjadi bersamaan tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar melihat ada risiko yang mengintai perekonomian global, sehingga mereka meninggalkan aset negara berkembang seperti Indonesia dan kembali berburu aset di negara maju berbasis dolar AS.

Pemicunya masih kabar mutasi virus Corona di Inggris yang dikabarkan 70% lebih menular ketimbang strain awalnya sehingga memicu karantina wilayah (lockdown) parsial di London dan beberapa bagian Tenggara Inggris, serta pembatasan aktivitas perayaan Natal.

Pada bulan Maret lalu, saat virus corona ditetapkan sebagai pandemi, berbagai aset investasi mulai dari saham hingga emas mengalami aksi jual masif. Pelaku pasar mengalihkan investasinya ke dolar AS.

Pasar juga menunggu kepastian politik dari reshuffle menteri yang salah satunya menimpa pos Menteri Perikanan dan Kelautan yang sebelumnya diduduki mantan-oposan pemerintah yakni Partai Gerindra.

Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan pergantian enam menterinya, tetapi sayangnya pengumuman tersebut dilakukan setelah pasar tutup sehingga efek ke pasar belum terlihat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular