
Top! Setelah Sekian Lama, Rupiah Akhirnya Juara Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (18/12/2020) setelah sempat melemah cukup dalam. Dengan penguatan tersebut, rupiah akhirnya kembali menjadi juara Asia lagi setelah sekian lama absen.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagan di level Rp 14.085/US$, setelahnya rupiah menguat tipis 0,04% sebelum berbalik melemah 0,25% ke RP 14.120/US$.
Namun rupiah tidak berlama-lama di zona merah, kembali menguat 0,04% di Rp 14.080/US$, dan bertahan di level tersebut hingga penutupan perdagangan.
Meski menguat tipis, tetapi rupiah tetap menjadi yang terbaik di Asia, sebab mata uang utama lainnya melemah. Hingga pukul 15:05 WIB, selain rupiah hanya dolar Taiwan yang menguat itu pun nyaris stagnan tipis 0,01%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Fakta mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS menunjukkan kebangkitan the greenback. Tetapi, kebangkitan tersebut terlihat sementara sebab dolar AS ke depannya masih akan tertekan.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam hari ini menguat 0,21%, setelah merosot 0,71% ke 89,805, yang merupakan level terendah sejak April 2018. Kenaikan dolar AS tersebut akibat koreksi teknikal melihat posisinya di level terendah dalam lebih dari 2,5 tahun terakhir.
Tekanan terhadap dolar AS datang dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan ekspektasi stimulus fiskal di AS.
The Fed berkomitmen untuk menjalankan program pembelian aset (quantitative easing/QE) sampai pasar tenaga kerja AS kembali mencapai full employment dan inflasi konsisten di atas 2%.
Artinya kebijakan moneter ultra longgar masih akan dipertahankan dalam waktu yang lama. The Fed juga menegaskan akan menambah nilai QE jika perekonomian AS kembali melambat.
Selain QE, The Fed juga berkomitmen mempertahankan suku bunga acuan <0,25% dalam waktu yang lama.
"Langkah-langkah ini akan memastikan kebijakan moneter akan terus memberikan dukungan yang kuat terhadap perekonomian sampai pemulihan tercapai," kata Ketua The Fed, Jerome Powell, saat konferensi pers, sebagaimana dilansir CNBC International.
Data dari Fed Dot Plot, yang menggambarkan proyeksi suku bunga para pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee), menunjukkan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023.
Sementara itu, BI sesuai prediksi kemarin mempertahankan suku bunga bunganya saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020. Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75%.
Keputusan ini mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan perbaikan ekonomi terus berlanjut dengan ekonomi yang tumbuh 5% di 2021.
"Ke depan perekonomian dipengaruhi oleh vaksinasi dan berlanjutnya stimulus fiskal dan moneter. Ini didorong kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia," kata Perry.
Perry juga mengatakan ketidakpastian turun seiring ketersediaan vaksin dan suku bunga rendah di tingkat global. Hal ini juga meningkatkan inflow ke negara berkembang."Ini mendorong penguatan mata uang berbagai negara termasuk Indonesia," kata Perry.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini
