
Tembus ke US$ 51/Barel, Harga Minyak Mantap Tertinggi 9 Bulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak drop usai mencetak rekor tertinggi dalam sembilan bulan terakhir. Prospek pencairan stimulus fiskal bernilai jumbo jilid II di AS dan anjloknya stok minyak.
Harga kontrak futures minyak mentah Brent turun 0,29% menjadi US$ 51,35/barel dan kontrak futures West Texas Intermediate (WTI) drop 0,17% ke US$ 48,28/barel.
Pemerintah AS merilis data resmi stok minyak mingguan lewat Energy Information Agency (EIA). Persediaan minyak mentah AS pekan lalu yang berakhir pada 11 Desember turun 3,13 juta barel.
Penurunan tersebut jauh lebih dalam dari perkiraan analis yang memprediksi stok berkurang 1,94 juta barel saja. Data tersebut juga berbanding terbalik dengan laporan asosiasi industri minyak AS (API) yang menyebut stok minyak justru naik 2 juta barel minggu lalu.
Stok bensin dan minyak distilat mengalami kenaikan tetapi lebih rendah dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics. Stok bensin naik 1 juta barel, sementara konsensus menyebut stok bensin akan naik 1,6 juta barel.
Untuk jenis minyak distilat persediaannya naik 0,17 juta barel, lebih rendah dari perkiraan konsensus di 0,89 juta barel minggu lalu. Penurunan stok minyak mentah yang dalam dan kenaikan produk turunannya tetapi lebih rendah dari konsensus menjadi katalis untuk kenaikan harga minyak tembus rekor barunya dalam 9 bulan terakhir.
Namun akibat adanya gelombang kedua Covid-19 dan pengetatan mobilitas melalui lockdown jilid II di AS maupun Eropa, IEA memangkas proyeksi permintaan minyak untuk tahun ini dan tahun depan.
IEA yang merevisi turun permintaan minyak sebesar 50 ribu barel per hari (bph) tahun ini dan 170 ribu bph untuk tahun depan karena masih minimnya mobilitas sehingga permintaan terhadap bahan bakar transportasi terutama pesawat masih rendah.
Menambah sentimen positif untuk minyak ada kabar menggembirakan soal stimulus lanjutan di Negeri Paman Sam. AS yang selama ini negosiasinya terus menemukan jalan buntu, kini sudah ada titik terang.
Proposal bipartisan yang diusulkan senilai US$ 908 miliar itu dipecah menjadi dua rancangan undang-undang (RUU).
RUU yang pertama akan spesifik mencakup bantuan senilai US$ 748 miliar. Bantuan ini rencananya akan dialokasikan untuk tambahan program paycheck protection program (PPP), asuransi pengangguran, sekolah dan alokasi untuk pengembangan dan distribusi vaksin.
Poin-poin tersebut disepakati oleh kedua belah pihak baik Partai Demokrat yang menguasai DPR dan Partai Republik yang menguasai Senat. Sementara itu untuk RUU yang mencakup bantuan senilai US$ 160 miliar yang berisi tentang bantuan sektor usaha dipisah karena poin ini yang memicu perbedaan pendapat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesti Senang atau Sedih? Sepekan Harga Minyak Lompat 5%