Dipacu Efek BI dan Fed, Yield SBN 30 Tahun Balik ke Era 2013

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 December 2020 17:07
harga obligasi
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah Indonesia lanjut menguat pada perdagangan Kamis (17/12/2020), dengan obligasi tenor 30 tahun mencetak rekor imbal hasil (yield) terendah dalam 7 tahun terakhir.

Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) seri FR0076 yang berjatuh tempo 2050 tercatat melemah hingga meninggalkan level psikologis 7%, dengan bertengger pada level 6,888%. Posisi ini merupakan yang terendah sejak 31 Mei 2013, yang saat itu sebesar 6,771%.

Dalam sehari ini, yield obligasi pemerintah tersebut melemah 15,2 basis poin (bp) sehingga imbal hasil SBN tenor 30 tahun kini lebih rendah dari SBN tenor 25 tahun yang saat ini masih di kepala 7%.

Imbal hasil bergerak berlawanan dari harga, sehingga penguatan yield mengindikasikan harga surat utang yang melemah. Demikian juga sebaliknya. Penghitungan imbal hasil menggunakan acuan basis poin (bp), yang setara dengan 1/100.

Sementara itu, SBN tenor 10 tahun yang menjadi acuan di pasar juga turun, yakni sebesar 9,4 bp ke 6,007%. Sebagai perbandingan, yield SBN seri tersebut akhir tahun lalu di level 7,098%. Hanya obligasi bertenor pendek yakni 5 tahun yang harganya melemah atau terkena aksi jual. Imbal hasil surat utang pemerintah tersebut naik 2,9 bp ke level 5,176%. 

Hal ini mengindikasikan surat utang bertenor pendek kurang menarik bagi investor. Mereka memilih memburu SBN berjatuh tempo panjang dengan imbal hasil tinggi, karena risiko jangka panjang dinilai kian pudar.

Penguatan tersebut terjadi di tengah sentimen positif penetapan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang tetap di level 0% hingga 0,25%. Federal Reserve (The Fed) juga menyiapkan dana US$ 120 miliar per bulan untuk membanjiri pasar dengan likuiditas.

Di Indonesia, suku bunga acuan juga ditahan di level 3,75% yang memberikan kenyamanan bagi investor global untuk menanamkan aset mereka ke surat berharga nasional, karena rentang (spread) imbal hasil yang masih tinggi.

Dengan adanya ekspektasi ekonomi membaik pasca-vaksinasi massal tahun depan, investor pun yakin bahwa SBN jangka panjang bakal memiliki premi risiko yang rendah. Kombinasi dua hal tersebut memicu aksi beli obligasi yang berjatuh tempo panjang (di atas 10 tahun).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular