
Tertahan di Rp 14.100/US$, Rupiah Kok Sulit Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah hingga pertengahan perdagangan Rabu (16/12/2020), padahal saat pembukaan perdagangan menguat tipis. Dalam beberapa hari terakhir rupiah memang kesulitan untuk menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.080/US$, tetapi tidak lama langsung berbalik melemah hingga 0,32% ke Rp 14.135/US$. Posisi rupiah kemudian membaik, berada di level Rp 14.100/US$ atau melemah 0,07% dan tertahan hingga pukul 12:00 WIB.
Sentimen pelaku pasar sebenarnya sedang bagus hari ini, merespon kabar stimulus fiskal di AS. Hal tersebut membuat rupiah menguat di awal perdagangan.
Titik terang mulai terlihat dari pembahasan stimulus fiskal di AS setelah Partai Demokrat dan Partai Republik merilis proposal senilai US$ 908 miliar Senin lalu. Partai Demokrat saat ini menguasai House of Representative (DPR) sementara Partai Republik menguasai Senat, hal ini yang membuat pembahan stimulus terus mengalami tarik ulur.
Kabar baiknya, para ketua mayoritas dan minoritas di masing-masing "kamar" tersebut kini sudah bertemu dan sedang melakukan perundingan. Ada Ketua DPR Nancy Pelosi dari Partai Demokrat, ketua minoritas DPR Kevin McCarthy dari Partai Republik, ketua mayoritas Senat Mitch McConnel dari Partai Republik, dan ketua minoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat.
"Kami tidak akan pergi dari sini tanpa paket stimulus. Kami akan tetap di sini sampai paket stimulus untuk mengatasi Covid-19 tercapai, berapa pun lama waktu yang diperlukan," kata McConnel sebagaimana dilansir CNBC International.
Selain membuat sentimen pelaku pasar membaik, jika stimulus tersebut cair dolar AS juga akan tertekan. Sebab jumlah uang yang beredar di perekonomian akan meningkat.
Namun sayangnya, rupiah belum mampu terus menguat. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang akan kembali diketatkan membuat rupiah tertekan.
Senin malam lalu, Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan memerintahkan Gubernur Anies Baswedan untuk kembali memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI Jakarta akibat penambahan kasus Covid-19 yang terus meningkat.
Sikap pemerintah pusat ini disampaikan Luhut pada Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Bali secara virtual di Kantor Maritim pada Hari Senin (14/12/2020).
Lebih rinci, Luhut meminta kepada Anies Baswedan untuk mengetatkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) hingga 75%.
"Saya juga minta Pak Gubernur untuk meneruskan kebijakan membatasi jam operasional hingga pukul 19:00 dan membatasi jumlah orang berkumpul di tempat makan, mall, dan tempat hiburan," pintanya.
Dengan kebijakan pelarangan party saat tahun baru serta kemungkinan diketatkanya PSBB DKI Jakarta, tingkat konsumsi masyarakat, yang merupakan komponen utama pembentukan produk domestik bruto (PDB), berisiko tertekan di penghujung tahun ini. Alhasil, perekononomian Indonesia akan sulit bangkit dari resesi. Rupiah pun kesulitan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
