Masih Surplus Pasokan, Harga Minyak Rawan Goyang

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 December 2020 09:05
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak saat ini masih berada di posisi tertingginya dalam sembilan bulan terakhir. Namun fundamental di pasar masih lemah dengan rendahnya permintaan dan tingginya stok. Hal ini patut diwaspadai karena bisa membuat harga si emas hitam goyang. 

Pada perdagangan pagi waktu Asia Selasa (15/12/2020), harga kontrak futures minyak mentah drop lebih dari 0,3% dari posisi penutupan kemarin. Kontrak Brent turun 0,32% ke US$ 50,13/barel sementara kontrak West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 0,34% ke US$ 46,83/barel.

Sentimen maraknya lockdown masih membayangi pasar. Pembatasan mobilitas publik yang kembali diterapkan membuat permintaan bahan bakar kembali melemah. Meski lockdown jilid II ini tak semasif pada Maret lalu, tetap saja permintaan minyak belum sempat pulih benar ketika pelonggaran terjadi pada Juni-November lalu.

Walikota New York, Bill De Blasio Senin kemarin mengatakan kemungkinan akan dilakukan "full shutdown" untuk meredam penyebaran Covid-19. Padahal, New York menjadi kota pertama yang dilakukan vaksinasi.

Di luar AS pemerintah Jerman juga memutuskan untuk menerapkan partial lockdown alias penguncian wilayah sebagian mulai Rabu (16/12/2020) mendatang. Keputusan itu diambil untuk menekan laju penyebaran virus corona yang melonjak lagi belakangan ini.

Jerman akan kembali lockdown sampai 10 Januari tahun depan. Kemudian dari Inggris, pengetatan pembatasan sosial juga akan dilakukan di London mulai Rabu tengah malam.

Di saat yang sama pasar masih surplus pasokan. Apalagi kabar terbaru menyebut bahwa output minyak Libya sudah mencapai 1,28 juta barel per hari (bph). Padahal bulan lalu masih di angka 1,25 juta bph.

Melansir Reuters, Kpler melaporkan bahwa stok minyak mentah global onshore di bulan ini masih jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama dua tahun terakhir. Peningkatan stok tertinggi terjadi di China. 

Di awal bulan ini para kartel minyak yang terdiri dari organisasi negara-negara eksportir minyak dan Rusia (OPEC+) sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 500 ribu bph. Kelompok tersebut akan kembali melakukan pertemuan Januari nanti untuk meninjau perkembangan di pasar. 

Faktor-faktor tersebut jelas berpotensi membuat harga si emas hitam melorot. Namun program darurat vaksinasi Covid-19 yang sudah mulai dilaksanakan di beberapa negara seperti Inggris membantu menahan harga minyak dari koreksi tajam.

Inggris sudah mulai memvaksinasi warganya menggunakan pasokan vaksin Pfizer-BioNTech sebanyak 800 ribu dosis. Selain Inggris sebentar lagi AS juga akan menyusul setelah FDA sudah memberi lampu hijau penggunaan vaksin yang sama dalam rangka pelaksanaan program vaksinasi darurat di Paman Sam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesti Senang atau Sedih? Sepekan Harga Minyak Lompat 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular