Round Up Sepekan

Ogah-ogahan, Harga Minyak Mundur dari Level Psikologis US$ 50

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 December 2020 14:55
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi harga minyak mentah (REUTERS / Richard Carson / File Foto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia menguat sepanjang pekan ini meski gagal bertahan di level psikologis 50. Hal itu menyusul ekspektasi pemulihan ekonomi dunia di tengah pemangkasaan produksi para produsen utamanya.

Berdasarkan data Revinitif, harga energi utama dunia tersebut pada Jumat (13/12/2020) melemah 0,5% baik untuk minyak jenis Brent yang menjadi acuan Eropa dan Indonesia, maupun minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan di AS.

Brent melemah 0,56% ke level US$ 49,97 per barel pada Jumat atau meninggalkan level psikologis 50, sedangkan WTI tertekan 0,48% menjadi US$ 46,57. Meski demikian, secara mingguan keduanya masih menguat masing-masing sebesar 1,5% dan 0,7%.

Kenaikan terjadi setelah kelompok Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries/OPEC+) yang terdiri dari 13 anggota OPEC, Rusia, dan 9 lainnya). Mereka sepakat menambah produksi hanya 0,5 miliar barel per hari (bph) pada Januari, atau lebih rendah dari komitmen sebelumnya pada April sebanyak 2 miliar bph.

Oleh karenanya, tingkat produksi akan diputuskan dalam rapat bulanan. Pemulihan baru-baru ini terus didorong oleh pemangkasan produksi OPEC+, mulai pulihnya permintaan global, terus melemahnya dolar AS di tengah optimisme seputar vaksin Covid-19.

Institute of International Finance (IIF) memperkirakan rerata harga minyak mentah jenis Brent akan menjadi US$ 47 per barel pada 2020, atau masih jauh lebih rendah dari rerata tahun 2019 (di level US$ 64/barel).

Menurut IIF, harga kontak minyak Brent tahun depan akan berada di kisaran level US$ 48/barel in 2021 dan bertahan hingga 2023. Namun, ketidakpastian masih tinggi menyusul perkembangan pandemi Covid-19 yang justru kini diprediksi memasuki gelombang kedua penyebaran.

Ekonom MENA Garbis Iradian mengatakan, ekspor minyak Iran tahun depan kemungkinan pulih yang akan memberatkan pasar minyak dan menekan harga energi utama dunia tersebut.

"Dalam jangka pendek, harga minyak sepertinya masih berkisar US$ 50 per barel, karena industri berbahan bakar minyak akan mendapati kenaikan kompetisi dari energi terbarukan dan mobil listrik," ujarnya sebagaimana dikutip Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aktivitas Bisnis AS Melambat, Harga Minyak Mentah Mendingin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular