Rupiah Menguat ke Rp 14.070/US$, tapi Ada Kabar Buruk Nih

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 December 2020 15:32
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS)pada perdagangan Jumat (11/12/2020). Dolar AS yang kembali menunjukkan kinerja buruk membuat rupiah mampu menguat meski tipis.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.080/US$. Sempat stagnan di Rp 14.090/US$, penguatan rupiah kemudian bertambah menjadi 0,14%, sebelum tertahan di Rp 14.080/US$ nyaris sepanjang perdagangan.

Di penutupan rupiah berhasil kembali menguat 0,14% di Rp 14.070/US$.

Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS hari ini. Hingga pukul 15:11 WIB, rupee India berada menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dengan penguatan 0,15%. Rupiah berada di urutan kedua. Sementara won Korea Selatan menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,49%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Fakta menguatnya mayoritas mata uang utama Asia menunjukkan kinerja dolar AS memang sedang buruk.

Setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun sejak awal pekan, dengan persentase 0,43%, dalam 2 hari terakhir malah balik melemah.

Kemarin, indeks dolar AS pada perdagangan Kamis kemarin berbalik melemah 0,29%, dan sore ini berlanjut turun 0,18% ke 90,656.

Penurunan tersebut terjadi akibat data ekonomi AS yang memburuk, menunjukkan perekonomian Paman Sam sangat membutuhkan stimulus fiskal. Pada pekan yang berakhir 5 Desember 2020, klaim tunjangan pengangguran tercatat 853.000. Naik 137.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menyentuh titik tertinggi sejak pertengahan September 2020.

Penurunan indeks dolar tersebut membuat rupiah mampu menguat pada perdagangan hari ini.

Tetapi penambahan kasus Covid-19 yang masih tinggi sejak pekan lalu membuat pelaku pasar was-was Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan. Jika itu terjadi maka pemulihan ekonomi Indonesia berisiko terhambat. Alhasil, rupiah pun "malu-malu" untuk menguat.

Pada Kamis (3/12/2020) kasus Covid-19 mencatat rekor penambahan di atas 8.000 per hari, dan setelahnya beberapa kali di atas 6.000 kasus, termasuk 2 hari terakhir.

Meski rupiah menguat 0,14% hari ini, dan won Korsel merosot nyaris 0,5%, Tetapi jika melihat kinerja sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YtD) rupiah masih melemah 1,44%, sementara won sudah menguat 5,56% melawan dolar AS.

Pelaku pasar saat ini bahkan "memborong" won ketimbang rupiah, yang terlihat di hasil survei terbaru.

Survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan posisi long (beli) rupiah terhadap dolar AS menurun dibandingkan dua pekan lalu, sementara posisi long won justru melesat naik.

Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi long (beli) terhadap dolar AS dan short (jual) terhadap rupiah/won. Begitu juga sebaliknya, angka negatif berarti mengambil posisi short (jual) terhadap dolar AS dan long (beli) terhadap rupiah/won.

Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (10/12/2020) kemarin untuk rupiah menunjukkan angka -0,61, turun dari 2 pekan lalu -0,92. Sementara untuk won naik menjadi -1,68 dari sebelumnya -1,29.

Semakin tinggi angka negatif artinya pelaku pasar semakin banyak mengambil posisi long. Won kini menjadi mata uang Asia yang paling banyak diborong, mengalahkan yuan China yang dua pekan lalu menjadi yang teratas.

Survei dari Reuters tersebut tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah begitu juga won di tahun ini. kala angka positif maka rupiah cenderung melemah, begitu juga sebaliknya.

Di bulan Januari saat hasil survei menunjukkan angka -0,86 untuk rupiah, dan menjadi yang tertinggi dibandingkan mata uang Asia lainnya. Won juga kalah jauh dengan angka -0,22. Alhasil rupiah terus menguat melawan dolar AS. Pada 24 Januari, rupiah membukukan penguatan 2,27% YtD, dan menjadi mata uang terbaik di dunia kala itu. Di saat yang sama, won justru melemah 1,31%.

Pada bulan Maret lalu, ketika rupiah mengalami gejolak, investor mengambil posisi short rupiah, dengan angka survei yang dirilis Reuters sebesar 1,57. Semakin tinggi nilai positif, semakin besar posisi short rupiah yang diambil investor. Rupiah pun ambruk nyaris 20% Ytd ke ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Hal yang sama juga terjadi dengan won, tetapi angka survei lebih rendah, sebesar 1,22%, dan kemerosotan won melawan dolar AS juga tidak sebesar rupiah.

Kini dengan angka survei kembali negatif, artinya ada peluang rupiah dan won akan kembali menguat, tetapi won jauh lebih unggul. Apalagi, dengan angka negatif untuk rupiah yang semakin mengecil, artinya daya tarik rupiah semakin meredup, sementara won semakin bersinar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular