Top! Vaksin Corona Tiba di Indonesia, Rupiah Terbaik di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 December 2020 15:46
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (7/12/2020), setelah tertahan di zona merah nyaris sepanjang perdagangan. Vaksin virus corona yang sudah tiba di Indonesia kemarin malam mulai menunjukkan efeknya ke pasar keuangan dalam negeri.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,4% di Rp 14.090/US$. Rupiah semakin terdepresiasi hingga 0,21% ke Rp 14.115/US$.

Posisi rupiah sedikit membaik, berada di level Rp 14.100/US$ atau melemah 0,11% hingga beberapa menit sebelum penutupan perdagangan, sebelum berbalik menguat tipis. Di akhir perdagangan, rupiah menguat ke Rp 14.080/US$, menguat 0,04% di pasar spot.

Meski penguatan rupiah tipis, tetapi cukup mengantarkannya menjadi mata uang terbaik di Asia. Sebab mayoritas mata uang utama lainnya melemah. Hingga pukul 15:07 WIB, selain rupiah hanya baht Thailand yang menguat 0,03%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.


Penguatan rupiah merespon vaksin corona sebenarnya telat dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang langsung melesat begitu perdagangan hari ini dibuka.

Kemarin malam, sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech tiba di Indonesia, hal ini disampaikan langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya ingin menyampaikan satu kabar baik, hari ini pemerintah sudah menerima 1,2 juta doss vaksin Covid, vaksin ini buatan Sinovac yang kita uji secara klinis di Bandung dari Agustus lalu," kata Jokowi, seperti dikutip Minggu (6/12/2020).

Jokowi mengungkapkan pemerintah juga masih mengupayakan 1,8 juta dosis vaksin yang akan tiba awal Januari 2021.

"Selain vaksin dalam bentuk jadi, bulan ini akan tiba 15 juta dosis vaksin dan Januari 30 juta dosis dalam bentuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut oleh Bio Farma," tambah Jokowi.

Meski demikian, pelaksanaan vaksinasi belum bisa dilakukan segera.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato mengungkapkan meski vaksin sudah data dan berada di Indonesia, pelaksanaan vaksinasi masih harus melalui tahapan evaluasi dari Badan POM guna memastikan aspek mutu dan efektivitas dan fatwa MUI untuk aspek halal.

Rupiah sebenarnya sudah tertekan sejak pekan lalu setelah kasus Covid-19 mencetak rekor penambahan harian 6.267 kasus pada hari Minggu (29/11/2020). Rekor tersebut kemudian pecah lagi pada Kamis (3/12/2020), jumlah kasus baru tercatat sebanyak 8.369 orang.

Dalam 2 pekan terakhir, rata-rata penambahan kasus juga meningkat menjadi 1,03% per hari, dibandingkan 2 pekan sebelumnya 0,92% per hari.

Lonjakan kasus tersebut tentunya membuat investor cemas jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan, yang dapat menghambat pemulihan ekonomi Indonesia.

Di pekan ini, ada kabar buruk dan baik bagi rupiah. Kabar buruknya, kasus Covid-19 dalam 2 hari terakhir di atas 6.000 orang.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada Minggu (6/12/2020) hingga pukul 12.00 WIB kasus baru tercatat 6.089, sementara di hari Sabtu sebanyak 6.020 kasus.

Pelaku pasar menjadi was-was jika kasus terus melonjak ada risiko Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat akan kembali diterapkan, dan mengganggu pemulihan ekonomi Indonesia.

Cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali mengalami penurunan di bulan November, meski cukup tipis. Tetapi, jika melihat ke belakang cadev sudah mengalami penurunan dalam 3 bulan beruntun. Rupiah pun menjadi sulit bangkit di awal perdagangan hari ini.

Semakin tinggi cadev, maka BI semakin banyak memiliki amunisi untuk menstabilkan rupiah ketika mengalami gejolak.

Pada Senin (7/12/2020), Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa hingga akhir bulan lalu sebesar US$ 133,6 miliar. Turun US$ 100 juta dibandingkan Oktober 2020 yaitu US$ 133,7 miliar.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,9 bulan impor atau 9,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI.

Perkembangan posisi cadangan devisa pada November 2020, lanjut keterangan BI, terutama dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, penerimaan pajak dan devisa migas, serta pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

Dalam 2 bulan sebelumnya, cadev mengalami penurunan US$ 1,7 miliar dan US$ 1,8 miliar. Sementara di bulan Agustus, cadev mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 137 miliar.

Pembayaran utang pemerintah masih menjadi pemicu penurunan cadev di bulan November.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan proyeksi utang pemerintah yang jatuh tempo pada 2020 sebesar Rp 238 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari jatuh tempo obligasi negara Rp 158 triliun dan pinjaman Rp 80 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular