
Vaksin Kalah Sama Lockdown, Harga Minyak Dunia Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun pagi ini. Meski ada kabar positif seputar pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), tetapi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu tampaknya semakin ganas.
Pada Rabu (9/12/2020) pukul 09:37 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,29% ke US$ 48,7/barel. Sementara yang jenis light sweet terkoreksi 0,28% menjadi US$ 45,47/barel.
"Harga minyak terhimpit di antara dua sentimen. Pertama adalah kekhawatiran penyebaran virus corona yang menyebabkan karantina wilayah (lockdown). Kedua, sepertinya kehadiran vaksin bisa lebih cepat dari perkiraan semula," kata Phil Flynn, Senior Analyst di Price Futures Group yang berkedudukan di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
Ya, meski vaksin kemungkinan akan segera tiba, tetapi pandemi virus corona kembali 'menggila'. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 8 Desember 2020 mencapai 67.210.778 orang. Bertambah 494.744 orang (0,74%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (25 November-8 Desember 2020), rata-rata pasien baru bertambah 588.653 orang per hari. Lebih tinggi ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yakni 584.021 orang setiap harinya.
Perkembangan ini membuat sejumlah negara berencana menerapkan pembatasan sosial (social distancing) yang ketat. Misalnya di Jerman, pemerintah menilai upaya yang dilakukan saat ini belum cukup untuk meredam tambahan jumlah pasien. Padahal pemerintah Negeri Panser sudah menutup pusat kebugaran, restoran, hotel, dan berbagai lokasi wisata.
"Pendakatan yang lebih komprehensif dalam waktu dekat mungkin dibutuhkan. Semoga bisa lebih sukses," kata Jens Spahn, Menteri Kesehatan Jerman, seperti dikutip dari Reuters.
Sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut bahwa lockdown yang sedianya berahir 10 Januari 2021 tidak akan cukup. Oleh karena itu, pemerintah membuka opsi perpanjangan lockdown sampai Maret 2021.
Jika semakin banyak negara menempuh apa yang dilakukan Jerman, maka ekonomi akan tetap lesu bahkan semakin lesu. Aktivitas dan mobilitas masyarakat akan terbatas sehingga menurunkan permintaan energi. Tidak heran harga minyak jadi terkoreksi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak