
Kasus Covid-19 Meledak, Rupiah Akhiri Reli 9 Pekan Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (4/12/2020). Meski demikian, sepanjang pekan ini rupiah membukukan pelemahan, mengakhiri kinerja impresif tidak pernah melemah dalam 9 pekan terakhir. Selama periode tersebut, rupiah membukukan penguatan 8 pekan dan sepekan stagnan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.100/US$. Setelahnya rupiah sempat melemah 0,28% ke Rp 14.140/US$, tetapi tidak lama Mata Uang Garuda kembali stagnan nyaris sepanjang perdagangan.
1 jam sebelum perdagangan berakhir, rupiah akhirnya masuk ke zona hijau, dan menutup perdagangan di level Rp 14.085/US$, menguat 0,11%.
Mayoritas mata uang utama Asia menguat melawan dolar AS pada perdagangan hari ini, yang menjadi indikasi dolar AS sedang dalam tekanan.
Hingga pukul 15:07 WIB, won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik dengan penguatan 0,79%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah meski menguat pada perdagangan hari ini, tetapi dalam sepekan Mata Uang Garuda membukukan pelemahan 0,11%. Sejak awal pekan rupiah sudah mengalami tekanan akibat lonjakan kasus penyakit virus corona (Covid-19). Pada hari Minggu lalu, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencatat rekor penambahan harian terbanyak 6.267 orang.
Rekor tersebut pecah lagi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus baru Covid-19 yang dilaporkan kemarin bertambah sebanyak 8.363. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, bahkan mengatakan penambahan kasus tersebut tidak bisa ditoleransi.
"Kita bisa melihat dalam beberapa hari terakhir kita mencatatkan rekor-rekor baru. Sebelumnya kita belum pernah mencapai di atas 5.000, tapi sayangnya kasus positif semakin meningkat bahkan per hari ini menembus lebih dari 8.000 kasus. Ini angka yang sangat besar dan tidak bisa ditolerir," ujar Prof Wiku, dalam konferensi pers Kamis (3/12/2020).
Akibatnya, pelaku pasar cemas akan kemungkinan diterapkannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat, dan menghambat pemulihan ekonomi.
