Dolar AS Nyungsep! Rupiah Malah Ikutan Loyo, Kok Bisa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 December 2020 12:25
U.S. dollar and Euro banknotes are seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (3/12/2020). Padahal dolar AS sedang mengalami tekanan hebat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.090/US$, tetapi tidak lama langsung melemah 0,32% ke Rp 14.135/US$. Posisi rupiah membaik, dan berada di level Rp 14.100/US$. Atau melemah tipis 0,07% di pasar spot hingga pukul 12:00 WIB.

Dolar AS sedang tertekan akibat kemungkinan cairnya stimulus fiskal di Negeri Paman Sam dalam waktu dekat.

Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.

Selain itu, Pelosi dan Pemimpin Partai Minoritas di Senat, Chuck Schumer mendukung paket stimulus fiskal jumbo senilai US$ 908 miliar. Ini siap digolkan oleh kedua partai politik mayoritas di AS untuk menyokong bisnis kecil dan pengangguran di AS

Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis 17 Desember dini hari WIB.

Ada peluang The Fed akan menambah stimulus moneternya dengan meningkatkan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE).

Saat stimulus fiskal atau moneter tersebut cair, maka jumlah uang yang beredar tentunya akan semakin banyak, secara teori dolar AS akan melemah.

Alhasil, indeks dolar AS turun 0,22% kemarin, setelah merosot 0,61% di hari Selasa. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kembali turun 0,13% ke 90,995 pagi ini, dan berada di level terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.

Meski dolar AS sedang tertekan, tetapi rupiah belum mampu menguat.Sebabnya, ada kecemasan jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali diketatkan jika kasus penyakit virus corona (Covid-19) terus menunjukkan kenaikan tajam.

Pada hari Minggu lalu, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencatat rekor penambahan harian terbanyak 6.267 orang, sementara kemarin bertambah sebanyak 5.533 orang.
Rupiah masih sulit untuk bangkit jika melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.138,30Rp14.162,5
1 BulanRp14.175,20Rp14.183,0
2 BulanRp14.222,50Rp14.225,5
3 BulanRp14.236,60Rp14.263,6
6 BulanRp14.346,20Rp14.372,3
9 BulanRp14.480,60Rp14.513,0
1 TahunRp14.622,60Rp14.634,0
2 TahunRp15.407,00Rp15.401,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular