Dolar AS Sedang 'Dibuang', Rupiah Kok Tak Berdaya?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 December 2020 12:43
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Rabu (2/12/2020). Padahal, indeks dolar AS saat ini sedang terus merosot.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% di Rp 14.090/US$, tetapi tidak lama langsung melemah 0,25% ke Rp 14.135/US$. Rupiah berhasil memangkas pelemahan dan berada di level Rp 14.100/US$ atau stagnan hingga pukul 12:00 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS kemarin turun 0,61% ke 91,313 dan berada di level terendah sejak April 2018. Penguatan aset-aset berisiko membuat dolar AS yang menyandang status aset aman (safe haven) menjadi tidak menarik.

Kemarin, bursa saham AS (Wall Street) kembali melesat naik, indeks S&P 500 bahkan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut memberikan angina segar ke Asia hari ini. Alhasil dolar AS makin tak menarik.

The greenback juga mengalami tekanan setelah pembahasan stimulus fiskal di AS kembali dibahas. Dalam keterangan tertulis, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk kongres) Nancy Pelosi mengatakan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan mengkaji proposal yang diajukan kubu Partai Demokrat. Salah satunya adalah pemberian vaksin anti-virus corona harus gratis dan bisa dinikmati oleh siapa saja.

Keputusan stimulus harus cepat, karena tenggat waktu pengesahan anggaran tahun fiskal 2021 adalah 11 Desember 2020. Jika anggaran negara disahkan tanpa stimulus, maka berbagai subsidi termasuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) tidak bisa dieksekusi.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis 17 Desember dini hari WIB.

Stimulus fiskal di AS masih belum jelas kapan akan digelontorkan, dan berapa nilainya. Sementara perekonomian AS disebut sangat membutuhkan stimulus guna memutar kembali roda bisnis. Oleh karena itu, ada peluang The Fed akan menambah stimulus moneternya dengan meningkatkan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE).

Saat stimulus fiskal atau moneter tersebut cair, maka jumlah uang yang beredar tentunya akan semakin banyak, secara teori dolar AS akan melemah.

Meski dolar AS sedang tertekan, tetapi rupiah belum sanggup menguat signifikan.

Pelaku pasar sepertinya masih berhati-hati, sebab hari Minggu lalu penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) mencatat rekor tertinggi. Di khawatirkan, jika penyebaran virus corona kembali tak terkendali maka Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat akan kembali diterapkan.

Rupiah terlihat masih sulit untuk bangkit jika melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi ini.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.120,30Rp14.126,2
1 BulanRp14.157,00Rp14.161,9
2 BulanRp14.202,50Rp14.192,0
3 BulanRp14.237,50Rp14.225,2
6 BulanRp14.319,00Rp14.334,9
9 BulanRp14.490,00Rp14.469,7
1 TahunRp14.612,00Rp14.618,7
2 TahunRp15.393,00Rp15.378,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular