CPO Aku Padamu! Meski IHSG Merah, Sektor Agri Terbang 4,5%

Tri Putra, CNBC Indonesia
30 November 2020 11:40
CPO
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas minyak sawit mentah alias Crude Palm Oil (CPO) kembali menjadi menjadi idola setelah harganya terus merangkak naik setelah dipukul oleh pandemi virus Covid-19.

Kali ini kabar baik datang dari India yang dikabarkan akan memangkas bea masuk impor minyak nabati hingga 10%. Hal ini diprediksikan akan meningkatkan impor Negeri Bollywood hingga 100 ribu metik ton per bulan.

Katalis positif ini direspons oleh harga CPO untuk kontrak pengiriman Februari 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange yang berhasil melesat1,52% selama sepekan ke level RM 3.338/ton. Level ini sendiri sudah menjadi harga CPO tertinggi sejak 8 tahun terakhir.

Sontak saja saham-saham minyak sawit dalam negeri merespons dengan kenaikan yang tinggi hingga menyebabkan indeks sektoral agrikultur melesat 4,44% jauh melebihi IHSG yang terpaksa terkoreksi 0,46%. Simak tabel berikut.

Terpantau seluruh emiten CPO raksasa dengan nilai perdagangan likuid berhasil menghijau pada perdagangan hari ini.

Kenaikan paling pesat pada perdagangan hari ini masih dibukukan oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang berhasil melesat 14,78% ke level harga Rp 132/unit. Pada perdagangan Jumat lalu sendiri BWPT sudah terbang 10,58%.

Untuk emiten sawit dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga berhasil melesat 6,22%. Anak usaha Grup Astra di sektor agribisnis ini menjadi emiten sawit dengan kenaikan terbesar ke dua dan sementara ini diperdagangkan di harga Rp 12.375/unit.

Sebelumnya diberitakan,Kementerian Keuangan India mengumumkan pemangkasan bea masuk impor minyak sawit sebesar 10 poin persentase menjadi 27,5%. Pemerintah India dikabarkan mencemaskan harga minyak nabati lokal yang terlalu tinggi.

Opsi pemangkasan bea masuk ini diharapkan dapat membantu pasar untuk kembalicooling down. Berdasarkan laporan S&P Global margin impor saat ini sudah menyentuh angka negatif US$ 25 - US$ 30 per ton.

Sumber di pasar memperkirakan bahwa impor minyak sawit ke India pada bulan Desember dapat meningkat menjadi sekitar 700.000-730.000 mt, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 550.000-600.000 mt.

Pelaku pasar menyambut baik langkah tersebut. Pengurangan bea masuk ini akan menguntungkan untuk impor minyak sawit ke India.

"Ini bullish untuk pasar, terutama mengingat harga tinggi baru-baru ini di India," kata salah satu broker yang berbasis di Singapura, melansir S&P Global.

"Harga sawit telah mengejar ketertinggalan dengan minyak kedelai. Meskipun permintaan minyak sawit melemah akibat penutupan terkait Covid-19 di sektor hotel, restoran dan katering, harga sawit telah melonjak karena terbatasnya pasokan di Malaysia."

Namun ekspor bulan November yang drop membuat harga CPO tertekan sepanjang pekan ini.

Data surveyor kargo Societe Generale de Surveillance mengatakan ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk periode 1-25 November turun 21,2% menjadi 1.127.495 ton dari 1.430.899 ton yang dikirim selama 1-25 Oktober.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular