
Diguyur Berbagai Katalis Positif, Berapa Puncak Saham BUMI?

Jakarta, CNBC Indonesia- Jagat pasar saham dalam negeri berhasil dibuat gempar pada awal pekan lalu pasalnya saham sejuta umat PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil bangkit dari tidurnya.
Sempat anjlok ke level terendah yang diijinkan oleh regulator pada awal tahun ini, setelah sempat berdenyut pada September silam, akhirnya Senin (23/10/20) saham yang terafiliasi dengan keluarga Bakrie ini berhasil bangkit.
Tidak tanggung-tanggung BUMI sempat melesat ke level tertingginya yakni Rp 80/unit atau kenaikan sebesar 60%, meskipun pada akhirnya hari ini BUMI harus rela ditutup di zona merah dengan penurunan 6,58% di level Rp 71/unit akibat aksi ambil untung para investor karena harga BUMI sudah reli 4 hari berturut-turut.
Kenaikan BUMI selama sepekan terakhir sendiri karena semesta memang sedang mendukung. Berbagai katalis positif untuk sektor batu bara datang silih berganti.
Pertama dan terutama, kabar baik datang dari komoditas dagangan utama BUMI yakni batu legam. Harga kontrak batu bara termal Newcastle berjangka sendiri sudah tembus ke level US$ 70/ton pada perdagangan hari ini. Ini artinya harga batu bara sudah pulih dari serangan virus corona karena harganya sudah terbang melebihi level awal tahunya (YTD).
Selanjutnya, muncul kabar yang beredar di kalangan para pelaku pasar bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Minerba akan diundangkan menjadi PP pada awal bulan Desember mendatang.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan saat ini Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut masih dalam proses harmonisasi antar kementerian. Ditargetkan, RPP Minerba ini bisa disahkan dan diundangkan pada November-Desember ini.
"Ini sudah selesai dalam tahap harmonisasi ya, jadi mungkin sebentar lagi (terbit)," ungkapnya dalam sebuah diskusi bertema 'Prospek Sektor Tambang di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global' secara virtual, Selasa (10/11/2020).
Terakhir, China diperkirakan akan membeli batu bara Indonesia senilai US$ 1,47 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) pada 2021.
Hal tersebut berdasarkan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) dengan China Coal Transportation and Distribution yang ditandatangani pada Rabu (25/11/2020).
"Kami harapkan adanya peningkatan ekspor batu bara ke China sekitar 200 juta ton di tahun mendatang," ungkap APBI dalam keterangan resminya pada Rabu (25/11/2020), dikutip dari Reuters.
Kenaikan secara tiba-tiba ini tentu saja membuat para pelaku pasar bertanya-tanya, bagaimana prospek saham BUMI selanjutnya ? Apakah masih mampu untuk melanjutkan reli panjangnya setelah didukung oleh berbagai sentimen positif ? Simak analisis berikut.
PergerakanBUMIdengan menggunakan periode mingguan (weekly) dari indikator BoillingerBand (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini,BUMIberadadiareabatas atas dengan BB yang kembali melebar yang menunjukkan pergerakan saham BUMI akan kembali volatil.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati levelresistanceyang berada di area 101 yang merupakan rata-rata mingguan 120 pekan terakhir (MA 120) apabila konsisten menembus level ini maka harga saham BUMI berpotensi kembali menguat ke level 180 yang merupakan level MA 200.
Setelah sukses menembus resisten kuat di level 180 inilah baru jalan BUMI untuk kembali ke level 200 akan terbuka lebar dengan resistance baru di angka 229 yang merupakan fibonacci retracement 61,8%.
Sebagai catatan, ketika saham BUMI bangkit dari level gocap pada pertengahan 2016 silam, level 200 mampu dicapai BUMI dalam 9 pekan.
Sementara itu untukmelanjutkantrenbearishatau penurunan perlu melewati levelsupportyang berada di area63 apabila level ini berhasil ditembus BUMI berpotensi kembali anjlok ke level 55.
Well, jadi apakah BUMI mampu terbang ke level Rp 200/unit dan kembali membuat geger jagat pasar saham dalam negeri ? Well, tentu saja hanya waktu yang bisa menjawab.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?