BUMI dkk Tak Lagi Datar, 24 Saham Gocap Bangun dari Tidur!

Market - Tri Putra, CNBC Indonesia
27 November 2020 08:10
Tambang Kaltim Prima Coal Foto: Wahyu Daniel

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir-akhir ini, seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melesat tinggi banyak saham-saham yang sudah 'tidur' lama di level terendah yang diizinkan oleh regulator berhasil bangkit.

Saham-saham yang biasanya dijuluki saham gocap karena harga terendah yang diijinkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah Rp 50/unit ini berhasil melesat bahkan hingga puluhan persen.,

Terbaru, data perdagangan mencatat, Kamis kemarin (26/11/20) terpantau lima saham gocap berhasil menggeliat dari level Rp 50/unit. Adalah PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) yang terafiliasi dengan keluarga Bakrie yang berhasil melesat 22% bangun dari level gocap.

Ada pula emiten di sektor transportasi PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) yang tiba-tiba naik 4% ke level Rp 52/unit setelah tertidur kurang lebih 1,5 tahun.

Selanjutnya muncul pula emiten yang properti PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) yang sudah tertidur sejak awal tahun akhirnya memunculkan tanda-tanda kehidupan dengan kenaikan sebesar 4% ke level Rp 52/unit.

Terakhir terdapat emiten media PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) dan emiten pertambangan PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) yang meskipun sempat bangkit dari level gocap namun harus kembali ditutup di level tersebut meski kali ini level Rp 50/unit berada di sisi bid.

Sentimen positif bagi saham-saham gocap tersebut sehingga mampu bangkit sendiri berbeda-beda, bahkan tidak menampik kemungkinan bahwa ada market maker yang menggerakan harganya.

Berikut Tim Riset CNBC Indonesia mengkompilasi saham-saham gocap yang baru saja bangkit.

Kenaikan tertinggi sejak mentok di level gocap dibukukan oleh PT PP Properti Tbk (PPRO) yang sudah berhasil melesat 96% atau hampir 2 kali lipat.

PPRO serta emiten properti lainnya seperti PT Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), PT Repower Asia Tbk (REAL), PT Sentul City Tbk (BKSL), dan lainnya berhasil diuntungkan dari sentimen pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia ke level terendah sepanjang masanya 3,75%.

Dengan dipangkasnya suku bunga, maka ke depanya suku bunga KPR akan diturunkan dan menjadi sentimen positif sektor properti.

Selanjutnya di posisi kedua terdapat saham sejuta umat PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang sudah melesat 52% sejak tertidur di level Rp 50/unit.

Saham pertambangan batu bara seperti BUMI diuntungkan oleh sentimen melesatnya harga batu bara mendekati level US$ 70/ton dan menjadi level tertingginya selama 7 bulan terakhir.

Selain itu juga muncul emiten-emiten finansial yang terdampak positif aturan modal minimum perbankan dari OJK yang akan ditingkatkan menjadi Rp 3 triliun secara bertahap.

Terpantau saham-saham perbankan seperti PT Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS), PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), PT Bank Ganesha Tbk (BGTG), dan PT MNC Investama Tbk (BHIT) berhasil bangkit karena dikabarkan akan disuntikkan dana.

Untuk saham yang berhasil bangkit setelah tidur panjang terlama adalah PT Astrindo Nusantara Infrastructure Tbk (BIPI) yang kembali bergeliat setelah tidur sejak Oktober 2018 atau sekitar 2 tahun 1 bulan.

Meskipun secara kasat mata saham-saham gocap tampak menarik karena menawarkan return yang sangat tinggi mencapai hampir 100% bahkan bisa lebih jika investor melakukan pembelian di pasar negosiasi dengan harga di bawah Rp 50/unit, saham-saham ini tergolong memiliki resiko yang besar.

Di tengah potensi keuntungan yang jumbo ini tentunya ada pula potensi kerugian yang besar pula. Hal ini terjadi karena ketika membeli saham gocap ada kemungkinan bahwa saham tersebut tetap tidur lama dan tidak kunjung naik harganya sehingga uang yang anda investasikan 'tersangkut'.

Selain itu ada juga potensi kerugian akibat delisting dari BEI. Apabila saham sudah diam di level gocap selama 2 tahun ataupun sudah tidak beroperasi lagi, maka BEI akan mempertimbangkan untung menghapus pencatatan saham tersebut.

Ketika suatu emiten terkena delisting maka saham anda yang sebelumnya berbentuk elektronik bisa dikonversikan ke dalam bentuk warkat.

Singkatnya ketika kondisi ini terjadi, besar kemungkinan Anda bisa dikatakan rugi. Memang perusahaan tersebut masih ada kemungkinan re-listing apabila masih beroperasi akan tetapi kemungkinan ini tentunya sangat-sangat kecil sekali.

Hal inilah yang menyebabkan saham-saham gocap tidak cocok dibeli oleh para investor yang memiliki tingkat toleransi resiko yang rendah, saham gocap lebih cocok dikoleksi oleh investor yang memiliki toleransi risiko yang tinggi yang siap meraup untung ratusan persen.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Saham Lapis 2 & 3, Ternyata Boleh Juga Kinerjanya Lho


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading