Bursa Asia Mayoritas Merah, Bursa China & RI Selamat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
19 November 2020 11:18
An investor takes a nap in front of a board showing stock information at a brokerage office in Beijing, China October 8, 2018. REUTERS/Jason Lee
Foto: Ilustrasi Bursa China (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak mixed, namun cenderung melemah pada pukul 11:00 WIB, merespons pelemahan bursa saham acuan global, Wall Street Amerika Serikat (AS) pada Rabu (18/11/2020) waktu AS akibat kembali naiknya kasus virus corona (Covid-19) di AS.

Pada Pukul 11:00 WIB, tercatat hanya indeks Shanghai Composite di China dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih bertahan di zona hijau. Indeks Shanghai China naik 0,11% ke level 3.351,09 dan IHSG menguat 0,39% ke 5.579,13.

Sedangkan sisanya masih bergerak di zona merah, yakni di posisi pertama indeks Nikkei di Jepang yang ambles 0,96%, disusul Hang Seng Hong Kong yang terkoreksi 0,57%, KOSPI Korea Selatan melemah 0,43% dan STI Singapura turun 0,16%.

Bursa Asia mayoritas bergerak mengikuti bursa saham AS, Wall Street yang ditutup terkoreksi dalam pada perdagangan Rabu (18/11/2020) waktu setempat, setelah AS kembali catatkan kenaikan kasus Covid-19 sepekan terakhir hingga pemerintah kota New York kembali menutup sekolah-sekolah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 344,93 poin atau 1.16% menjadi 29.438,42. S&P 500 juga berakhir dengan suram, yakni anjlok 41,74 poin atau 1.16% menjadi 3.567,79 dan NASDAQ Composite ikut menurun sebesar 97,74 poin atau 0,82% menjadi 11.801,60.

Wall Street mulai balik arah setelah Walikota New York, Bill de Blasio mengumumkan penutupan sekolah setelah kota yang dijuluki sebagai kota terbesar di dunia itu mencatatkan kenaikan kasus positif Covid-19 sebesar 3% dalam rata-rata tujuh hari.

Laporan CNBC Analysis menyebutkan bahwa AS mencatatkan rerata harian infeksi baru Covid-19 yang melampaui angka 157.000 pada Senin. Ini merupakan kenaikan sebesar 30% dari pekan lalu, dan mencetak rekor tertinggi baru.

Hal ini bakal memicu tekanan ekonomi jangka pendek, yang tak bisa diatasi dengan vaksin karena peredaran vaksin itu baru bisa dilakukan secepatnya pada akhir tahun ini.

Sebelumnya, Pfizer merilis data final uji vaksin Covid-19 tahap ketiga, yang menunjukkan hasil lebih baik dari pembacaan awal, yakni tingkat efikasi 95%. Artinya, 95% sukarelawan terbukti menumbuhkan antibodi. Perseroan berencana mengajukan izin edar beberapa hari ke depan.

Pasar mengantisipasi bahwa distribusi vaksin yang luas akan memungkinkan ekonomi menjadi normal pada tahun 2021, mendorong kembali sektor-sektor yang terkena dampak paling parah seperti maskapai penerbangan dan saham hiburan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular