
Nggak Ada Matinya, Rupiah Masih Juara Asia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga berjaya di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (17/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.073. Rupiah menguat 0,47% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air pun hijau di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.020 di mana rupiah menguat 0,57%.
Kala pembukaan pasar, rupiah mampu menguat 0,71% ke Rp 14.000/US$. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah agak tergerus dan dolar AS belum bisa diturunkan ke bawah Rp 14.000.
Meski begitu, pencapaian rupiah patut diacungi jempol. Apresiasi 0,57% masih cukup untuk membuat rupiah jadi mata uang terkuat di Asia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
Rupiah (dan hampir seluruh mata uang Asia lain) berhasil memanfaatkan dolar AS yang tengah tertekan. Pada pukul 09:18 WiB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,13%.
Dolar AS , yang merupakan aset aman (safe haven), jadi kurang menarik saat situasi sedang kondusif. Sentimen positif yang menyelimuti pasar membuat investor berani masuk ke aset-aset berisiko.
Hari ini, sentimen positif utama datang dari pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) buatan Moderna. Perusahaan farmasi asal AS itu mengumumkan bahwa calon vaksin yang mereka sedang mereka kembangkan memiliki tingkat efektivitas 94,5%.
"Kita akan segera memiliki vaksin yang bisa menghentikan virus corona. Dengan asumsi kami bisa memperoleh izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA), kami dapat mengirimkan vaksin ini dengan cepat kepada publik. Jadi, ini bisa didistribusikan segera," ungkap Stephen Hoge, Presiden Moderna, dalam wawancara dengan Reuters.
Sebelumnya, vaksin yang tengah dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech disebut punya tingkat efektivitas di atas 90%. Namun calon vaksin Moderna punya keunggulan, yaitu tidak perlu disimpan dalam pendingin khusus. Vaksin buatan Moderna bisa ditempatkan di pendingin biasa dengan suhu 2-8 derajat celcius selama 30 hari dan bisa disimpan dalam sampai enam bulan di pendingin bertemperatur -20 derajat celcius.
Sebagai perbandingan, calon vaksin Pfizer dan BioNtech harus dikirim dan disimpan di pendingin bersuhu -70 derajat celcius. Vaksin ini hanya mampu bertahan di pendingin biasa maksimal lima hari.
Oleh karena itu, calon vaksi Moderna lebih mudah didistribusikan ke berbagai negara. Vaksin ini lebih 'tahan banting', bisa dikirim ke berbagai negara tanpa hambatan faktor temperatur.
Dengan tingkat keberhasilan 94,5% dan keunggulan dalam hal penyimpanan, tidak heran pelaku pasar (dan seluruh dunia) gembira mendengar kabar vaksin Moderna. Vaksin ini bisa menjadi kunci untuk hidup normal lagi, miliaran penduduk dunia bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman tanpa perlu khawatir tertular virus mematikan yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
"Kabar vaksin Moderna adalah yang kedua setelah Pfizer dan BioNTech pekan lalu. Namun hasil uji coba vaksin Moderna lebih baik dan bisa menjadi 'senjata' untuk melawan pandemi virus corona. Ini tentu sebuah kabar yang memberi semangat, karena mungkin pada akhir Januari atau awal Februari 2021 vaksin bisa mulai didistribusikan," tulis riset National Australia Bank.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
