
Biden-Pfizer Bikin Harga SBN Melesat ke Level Terkuat 2 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi Indonesia menguat pada pekan ini, melanjutkan kinerja positif minggu sebelumnya. Hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) ditambah dengan kabar uji klinis vaksin corona racikan Pfizer membuat sentimen pelaku pasar global membaik, dan kembali mengalirkan investasinya ke negara emerging market seperti Indonesia.
Penguatan pasar obligasi tercermin dari yieldnya yang mengalami penurunan. Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbaik dengan harga obligasi, ketika harga naik yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
Melansir data Refinitiv, di pekan ini hanya Surat Berharga Negara (SBN) tenor 20 tahun yang mengalami pelemahan, di mana yield-nya naik 2,9 basis poin (bps) menjadi 7,239%. Sementara tenor lainnya, semuanya mengalami penguatan.
Yield SBN tenor 10 tahun turun 6,1 bps menjadi 6,324%, level tersebut merupakan yang terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir, tepatnya sejak 2 Februari 2018.
Hasil pilpres AS menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat, melawan petahana dari Partai Republik, Donald Trump.
Kemenangan Biden dianggap menguntungkan negara-negara emerging market seperti Indonesia. Sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir atau setidaknya tidak memburuk. Selain itu, stimulus fiskal juga akan lebih besar ketimbang yang akan digelontorkan Trump dan Partai Republik.
Nancy Pelosi, Ketua House of Representative (DPR) dari Partai Demokrat sebelumnya mengajukan stimulus fiskal dengan nilai US$ 2,2 triliun, yang tidak disepakati oleh Pemerintahan Trump, dan ditolak oleh Partai Republik.
Negara-negara emerging market seperti Indonesia juga berpotensi kecipratan aliran modal.
Terbukti, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Perinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 60 miliar.
Sentimen pelaku pasar semakin ceria, dan semakin getol masuk ke pasar obligasi dalam negeri yang memberikan yield relatif tinggi setelah perusahaan farmasi asal AS, Pfizer, yang berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.
Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.
"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).
Vaksin dapat membuat hidup kembali normal, roda bisnis berputar, dan perekonomian dunia bangkit, sentimen pelaku pasar pun membaik dan investasi dialirkan ke negara emerging market.
Besarnya daya tarik terhadap pasar obligasi dalam negeri terlihat dari lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa (10/11/2020) lalu yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) 2 kali lipat dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 22,6 triliun, lebih tinggi dari penawaran yang masuk dalam lelang 2 pekan sebelumnya Rp 20,9 triliun.
Target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 10 triliun, dan dimenangkan dengan nilai yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%