
Wall Street Dibuka Variatif, Dow Jones Melemah 152 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka variatif cenderung tertekan pada perdagangan Kamis (12/11/2020), menyusul aksi ambil untung terhadap saham-saham siklikal yang sempat menguat dipicu perkembangan positif vaksin.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 152,6 poin (-0,5%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) dan selang 20 menit kemudian memburuk menjadi 188,7 poin (-0,6%) ke 29.208,92 dan S&P 500 naik 17,1 poin (-0,5%) ke 3.555,56. Nasdaq menguat 2,7 poin (+0,02%) ke 11.789,1.
Saham maskapai kembali terkoreksi seperti American Airlines yang melemah 0,8% dan United Airlines dan Delta Airlines yang kompak melemah 1.5%..
"Dengan beberapa katalis di awal November yang memudar, pasar terlihat menunjukkan kekhawatiran merek dengan tren Covid jangka pendek yang berujung pada naiknya laporan kasus di AS dan kasus baru di atas 100.000 delapan hari berturut-turut," ujar Yousef Abbasi, perencana pasar global StoneX, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Pergerakan ini berbalik dari beberapa hari sebelumnya ketika rotasi pembelian saham berujung pada aksi jual saham teknologi seperti Microsoft, Amazon, Facebook dan Alphabet (induk usaha Google) untuk membeli saham yang mendapat berkah dari pemulihan ekonomi.
Sepanjang pekan berjalan, indeks Dow Jones masih terhitung naik, sebesar 3,8%, setelah kemarin melemah sebesar 23 poin. Saham-saham yang diuntungkan dari pemulihan ekonomi menguat setelah Pfizer dan BioNTech mengumumkan bahwa kandidat vaksin yang mereka kembangkan menunjukkan tingkat efektivitas sebesar 90%.
Kabar positif kedua datang dari pengembang vaksin lainnya yakni Moderna yang pada Rabu mengumumkan uji coba tahap ketiga menunjukkan bahwa kandidat vaksinnya cukup aman dan berujung pada hasil yang menggembirakan.
Namun kabar positif itu terjadi berbarengan dengan kenaikan kasus Covid-19 yang telah menembus 10 juta. AS mencetak rekor rerata kasus dalam sepekan yang mencapai 121.153 pada Selasa, setara dengan kenaikan sebesar 33% dari sepekan sebelumnya.
Pada Rabu saja, angka infeksi di AS telah melonjak menjadi 144.000 orang. New York dan San Francisco pun mengumumkan kebijakan pembatasan ekonomi untuk meredam penyebaran virus.
Kepala Tim Alokasi Global BlackRock, Rick Rieder, kepada CNBC International memproyeksikan bahwa harga saham akan terus meningkat sampai akhir tahun nanti, meski bergerak cenderung volatil mengikuti pergerakan kasus Corona.
"The Fed akan terus bertahan di mode akomodatif untuk beberapa waktu," ujar Rieder. "Ketika stimulus sebesar itu diberikan, dengan likuiditas sebesar itu, dan ditambah stimulus fiskal... perekonomian akan berputar dengan baik."
Departemen Tenaga Kerja AS merilis klaim pengangguran pekan lalu sebanyak 709.000 atau lebih baik dari pekan sebelumnya 757.000. Angka itu bahkan lebih baik dari konsensus ekonom dalam survei Dow Jones berujung prediksi angka 740.000. Investor masih memantau data inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir