Dolar AS Sudah di Atas Rp 14.100, Rupiah Terlemah di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 November 2020 10:18
Dollar-Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun lemas di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (12/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolllar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.187. Rupiah melemah 0,79% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Rupiah juga merah di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.120 di mana rupiah melemah 0,36%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih stagnan di Rp 14.070/US$. Namun seiring perjalanan, rupiah terperosok ke jalur merah.

Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Mata uang yang melemah bukan hanya rupiah, ada pula rupee India, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan. Namun depresiasi 0,36% sudah cukup untuk membuat rupiah jadi yang terlemah di Benua Kuning.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:

Penguatan dolar AS disebabkan oleh tren kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam. Dalam sebulan terakhir, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak 201,4 basis poin (bps).

"Kenaikan yield obligasi adalah peristiwa yang penting. Ketika Anda melihat yield yang riil, maka lebih menguntungkan membeli aset-aset berbasis dolar AS ketimbang mata uang lain, misalnya euro," kata Erik Nelson, Macro Strategist di Wells Fargo Securities, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, euforia kesuksesan uji coba vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) buata Pfizer dan BioNTech mulai reda. Bahkan kabar tingkat efektivitas vaksin Sputnik-V buatan Rusia yang disebut mencapai 92% tidak membuat pasar bergairah.

"Kabar soai kesuksesan vaksin memang menjadi sentimen positif. Namun kita masih harus menunggu detailnya akan seperti apa, prosesnya masih akan memakan waktu. Kita harus ingat bahwa vaksin-vaksin ini belum terbukti, dalam arti belum mendapat sertifikasi," tegas Jeremy Stretch, Head of G10 FX Strategy di CIBC Capital Markets, sebagaimana diwartakan Reuters.

Apalagi kasus corona semakin bertambah dalam laju yang mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 10 November 2020 adalah 50.676.072 orang. Bertambah 427.551 orang (0,85%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (28 Oktober-10 November 2020), rata-rata pasien baru bertambah 514.745 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 406.421 orang per hari.

"Dengan jumlah kasus yang semakin meningkat, sepertinya dampak pandemi terhadap perekonomian dunia akan membuat kenaikan harga aset-aset berisiko menjadi terbatas. Terlalu awal untuk mengatakan bahwa pandemi sudah berlalu," kata Charalambos Pissouros, Senior Market Analyst di JFD Group, seperti diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular