Perusahaan Tambang Bersiap, Batu Bara Tak Laku 20 Tahun Lagi?

sef, CNBC Indonesia
07 November 2020 07:30
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara RI disebut tak akan laku lagi 20-30 tahun lagi. Hal ini terungkap dari pernyataan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arfiyan Arifin.

Hal ini membuat perusahaan terus meningkatkan daya angkut batu bara dari tambangnya di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, baik melalui sungai maupun kereta api. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan cadangan yang ada saat ini.



"Peningkatan pengangkutan, deposit mencapai 3,3 miliar ton, kalau tidak diangkut dalam 20-30 tahun lagi tidak ada yang pakai batu bara, sehingga harus segera dimanfaatkan. Ini pentingnya harus ditingkatan pengangkutan," tegas Arfiyan dalam konferensi pers virtual, Jumat (6/11/2020).

Kenyataan itu juga membuat perusahaan mempersiapkan diri bila tak ada lagi permintaan batu bara ke depan. Bisnis mulai ditransformasikan, bukan hanya sekedar menjadi penambang dan penjual batu bara.

Dia menjelaskan, sejumlah langkah yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan pembangunan dan mengelola pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang. Langkah ini sudah dimulai perusahaan dengan membangun PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2x620 megawatt.

PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.

Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara telah mencapai sebesar 55%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal pertama 2022.

Selanjutnya adalah rencana pengembangan gasifikasi yang akan dimulai tahun depan. Arfiyan menyebut gasifikasi ini bisa mengubah batu bara kalori rendah menjadi produk turunan mulai dari bahan baku pupuk hingga pakaian."

Ini ke depan 30, 40, 50 tahun lagi di Tanjung Enim akan berdiri industri petrokimia, bukan batu bara, tapi bahan baku utamanya batu bara. Sumber dayanya 8 miliar ton, kalau itu, kita bisa jadi indepent dari crude oil," jelas dia.

Rencana lainnya yang sedang disiapkan perusahaan adalah menjadi penyedia listrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kawasan bekas galian tambangnya.

"Jadi itu visi, tidak cuma gali dan angkut tapi sudah transformasi beyond coal," tandasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produksi Batu Bara PTBA H1 2021 13 Juta Ton, Naik 10,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular