Ngeri Lockdown Bakal Marak, Dow Jones Dibuka Anjlok 500 Poin

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
28 October 2020 21:01
Street signs for Wall St. and Broad St. hang at the corner outside the New York Stock Exchange March 24, 2015. Street signs for Wall St. and Broad St. hang at the corner outside the New York Stock Exchange March 24, 2015. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) tergelincir pada pembukaan perdagangan Rabu (28/10/2020), di tengah kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Eropa yang dikhawatirkan memukul prospek pemulihan ekonomi global.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka anjlok 569 poin (-2,1%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) tapi 22 menit kemudian surut menjadi 508,1 poin (-1,85%) ke 26.955,07. Nasdaq drop 278,6 poin (-2,4%) ke 11.152,73 dan S&P 500 surut 66,3 poin (-1,96%) ke 3.324,35.

Angka infeksi baru virus corona telah melampaui rekor dengan mencatatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 71.832 dalam sepekan terakhir. Di sisi lain, mereka yang menginap di rumah sakit naik 5% di 36 negara bagian, menurut data Covid Tracking Project.

Kenaikan ini mendorong beberapa negara memberlakukan kembali karantina wilayah (lockdown). Illinois, misalnya, telah memerintahkan Chicago melarang makan di tempat di dalam restoran.

Saham yang terpukul oleh kebijakan lockdown pun berguguran, seperti misalnya saham Delta Air Lines yang anjlok 2,5%. Bursa Eropa juga tertekan. Indeks Dax Jerman anjlok 4% dan CAC Prancis tersungkur 3,4%. Indeks FTSE London terpelanting 2,3%.

Investor beralih memburu obligasi, sehingga imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun anjlok ke 0,75%. Artinya, harga aset tersebut sedang meningkat karena diburu. Indeks kekhawatiran pelaku pasar, Cboe Volatility Index (VIX), melompat lebih dari 37 dan menjadi yang tertinggi sejak 4 September.

"Ketakpastian seputar pembatasan pergerakan terkait Covid-19 dan politik AS berarti kita seharusnya mengantisipasi volatilitas masih akan tinggi hingga akhir tahun," tutur Mark Haefele, Kepala Investasi UBS, dalam laporan riset, yang dikutip CNBC International.

Dengan 10 kandidat vaksin memasuki tahap uji akhir di seluruh dunia, lanjut dia, skenario yang mungkin terjadi adalah pembatasan sosial akan dicabut pad kuartal kedua tahun depan sehingga membantu pemulihan laba bersih perseroan pada akhir 2021.

Mengaburnya harapan akan adanya stimulus fiskal sebelum pemilihan presiden (pilpres) juga memperberat sentimen pasar. Demikian juga dengan kinerja emiten kelas kakap termasuk raksasa teknologi seperti Microsoft.

Boeing melaporkan kerugian triwulan III-2020 dan mengumumkan rencana memangkas jumlah karyawan hingga ribuan sampai dengan tahun 2021. Sementara itu, saham General Electric naik lebih dari 3% setelah perseroan melaporkan kinerja yang lebih baik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular