Covid-19 Makin Buas & Stok Berlimpah, Harga Minyak Ambles

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 October 2020 10:20
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru kemarin harga minyak mentah menguat, hari ini Rabu (28/10/2020) waktu perdagangan waktu Asia harga emas hitam itu merosot lagi cukup dalam. Lonjakan kasus Covid-19 dan persediaan minyak mentah di AS jadi pemicunya.

Pada 09.30 WIB harga minyak untuk kontrak teraktif yang diperdagangkan di bursa berjangka anjlok lebih dari 1,5%. Minyak berjangka acuan internasional Brent terkoreksi 1,65% ke US$ 40,52/barel setelah kemarin menguat 2%. 

Di saat yang sama harga minyak berjangka acuan Paman Sam yakni West Texas Intermediate (WTI) ambles lebih dalam dengan koreksi 2,1% ke US$ 38,74/barel. Padahal saat perdagangan kemarin harga kontrak WTI ditutup menguat 2,6%.

Isu kelebihan pasokan masih menjadi kecemasan utama di pasar energi terutama energi minyak. Lonjakan kasus Covid-19 yang dibarengi dengan pengetatan mobilitas publik membuat prospek pemulihan permintaan menjadi suram dan penuh ketidakpastian. 

Dari sisi pasokan, peningkatan output minyak Libya yang disebut bakal kembali ke 1 juta barel per hari (bpd) semakin menekan harga. Tekanan yang terjadi di pasar minyak membuat kebijakan organisasi para kartel minyak dan koleganya (OPEC+) menjadi sorotan. 

Sampai dengan akhir tahun, anggota OPEC+ berkomitmen untuk memangkas pasokan minyak global sebesar 8% dari total output atau setara dengan 7,7 juta bpd. Apabila mengacu pada kesepakatan awal, produksi minyak OPEC+ bakal dipangkas hanya 5,7 juta bpd mulai Januari 2021. 

Sampai saat ini belum ada kepastian apakah OPEC+ akan tetap berpatok pada kesepakatan awal atau malah memperpanjang periode pemangkasan dengan volume saat ini sampai tahun depan. 

Namun yang pasti berbagai indikator bahwa ancaman kelebihan pasokan itu tak bisa ditampikkan adalah kenaikan stok minyak terutama di AS yang menjadi konsumen emas hitam terbesar di dunia. 

Data asosiasi industri minyak AS (API) melaporkan persediaan minyak mentah pekan lalu naik 4,6 juta barel menjadi 495,2 juta barel. Kenaikan persediaan minyak mentah yang dilaporkan API jauh lebih tinggi dari perkiraan analis yang dihimpun Reuters sebesar 1,2 juta barel saja.

"Peningkatan stok minyak mentah AS yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong penjualan baru sementara kekhawatiran atas gangguan pasokan dari Badai Zeta telah surut," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities, melansir Reuters.

Perusahaan energi dan pelabuhan di sepanjang Pantai Teluk AS bersiap pada hari Selasa untuk menghadapi Badai Zeta yang merupakan badai ke-11 musim ini ketika memasuki Teluk Meksiko. 

"Meningkatnya kasus Covid-19 dengan kurangnya paket bantuan fiskal virus Corona AS juga mengganggu selera risiko investor," kata Kikukawa, memprediksi bahwa sentimen suram akan membuat harga di bawah tekanan selama beberapa hari mendatang.

Infeksi melonjak lagi di Amerika Serikat, dengan hampir setengah juta orang tertular virus corona dalam tujuh hari terakhir. Pemerintah Eropa, sementara itu, bersiap untuk memberlakukan pembatasan baru untuk mengendalikan kasus. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular