Astaga! Ada Badai Lagi di Teluk Mexico, Harga Minyak Terkerek

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
27 October 2020 10:58
Pumpjacks are seen at an oil field in Huaian, Jiangsu province, China November 11, 2017. Picture taken November 11, 2017. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak teraktif yang diperjualbelikan di pasar berjangka mulai naik hari ini Selasa (27/10/2020), setelah tertekan hebat dalam 3 hari terakhir. 

Pada 09.50 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 0,54% ke US$ 40,68/barel. Di saat yang sama harga minyak berjangka patokan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) naik 0,49% ke US$ 38,75/barel.

Anjloknya harga minyak yang terjadi belakangan ini dipicu oleh kecemasan di pasar terkait surplus pasokan. Melonjaknya kembali kasus infeksi Covid-19 terutama di Amerika bagian utara dan Eropa membuat prospek pemulihan permintaan minyak menjadi tertekan.

Data kompilasi Universitas Johns Hopkins menunjukkan pertambahan kasus infeksi akibat virus Corona harian di AS telah meningkat menjadi rata-rata 68.767 kasus selama tujuh hari terakhir.

Ini adalah sebuah rekor. Pada hari Minggu saja, lebih dari 60.000 kasus dilaporkan. Paman Sam melaporkan lebih dari 83.000 infeksi baru pada hari Jumat dan Sabtu setelah wabah di negara bagian Sun Belt, melampaui rekor sebelumnya sekitar 77.300 kasus

Kenaikan kasus yang signifikan juga bertepatan musim dingin yang biasa berlangsung akhir tahun. Banyaknya kasus baru yang tercatat terutama di Eropa terutama di Prancis, Spanyol, Inggris, Italia hingga Jerman telah membuat prospek pemulihan ekonomi menjadi penuh ketidakpastian. 

Menambah sentimen negatif adalah negosiasi seputar stimulus tambahan untuk masyarakat di AS yang mandek. Kemungkinan kesepakatan terkait stimulus ekonomi lanjutan Covid-19 tak akan tercapai sebelum pemilu AS digelar pada 3 November nanti.

Stimulus diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat yang lemah dan bisa menjadi motor penggerak roda perekonomian yang nantinya dapat berimbas pada pemulihan permintaan minyak.

Dari sisi pasokan, kenaikan output Libya juga memicu tekanan harga di pasar. Produksi Libya diperkirakan akan mencapai 1 juta barel per hari (bpd) dalam beberapa minggu mendatang, kata perusahaan minyak nasional negara itu pada hari Jumat. Ini merupakan kenaikan yang lebih cepat dari yang diperkirakan banyak analis.

"Pasar berada di bawah tekanan tanpa stimulus, kasus virus corona yang meningkat dengan cepat, dan peningkatan mengejutkan produksi minyak di Libya," Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho Securities, melansir Reuters.

Dalam pernyataan terbarunya, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Mohammad Bin Salman (MBS) mengatakan kondisi terburuk di pasar energi terutama minyak telah dilalui. 

Hal ini tentu menjadi kontradiktif dengan kondisi riil di lapangan yang mendapati adanya kenaikan produksi dari Libya dan potensi kenaikan output dari OPEC+ awal tahun depan seiring dengan pemangkasan produksi yang diturunkan menjadi 5,7 juta bpd.

Namun harga minyak sedikit terkerek naik lantaran adanya badai yang melanda Teluk Mexico menjadi ancaman bagi pasokan di AS. Reuters melaporkan harga minyak mendapat dukungan dari potensi penurunan produksi AS karena perusahaan minyak mulai menutup rig lepas pantai menjelang badai di Teluk Meksiko.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Turut Terguncang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular