Rupiah Sepertinya akan Menguat Lagi, tapi Tak Banyak

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 October 2020 13:10
An employee counts U.S. dollar banknotes at a currency exchange office in Jakarta, Indonesia October 23, 2018. Picture taken October 23, 2018. REUTERS/Beawiharta
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah mampu mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Senin (26/10/2020). Meski demikian, dengan perdagangan yang singkat di pekan ini, rupiah kemungkinan tidak akan menguat jauh, bahkan ada risiko terkoreksi.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% di Rp 14.6430/US$. Setelahnya rupiah sempat stagnan di Rp 14.650/US$ sebelum kembali menguat tipis 0,03% di Rp 14.645/US$ yang bertahan hingga pukul 12:00 WIB.

Perdagangan di pekan ini akan berlangsung singkat sebab akan libur panjang dalam rangka cuti bersama pada 28 Oktober (Rabu) hingga 30 Oktober (Jumat) mendatang.

Libur panjang ini karena pada 29 Oktober 2020 bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, lalu pemerintah memberlakukan kebijakan cuti bersama sejak 28 hingga 30 Oktober.

Saat pasar dalam negeri libur nanti, AS akan merilis data produk domestik bruto (PDB) AS yang diprediksi tumbuh hingga 31,9%, Artinya Negeri Paman Sam akan lepas dari resesi setelah 2 kuartal sebelumnya PDB berkontraksi 31,4% dan 5%.

Sementara itu dari dalam negeri, libur panjang nanti dikhawatirkan akan memicu kenaikan jumlah kasus pandemi penyakit virus corona (Covid-19) saat libur panjang. Gubernur DKI Jakarta mengancam akan kembali menarik rem darurat lagi alias memperketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) apabila terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Ibu Kota.

"Dalam hal ini, seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta dapat menerapkan kembali kebijakan Rem Darurat (Emergency Brake). Artinya, apabila terjadi tingkat penularan yang mengkhawatirkan, Pemprov DKI Jakarta dapat menghentikan seluruh kegiatan yang sudah dibuka selama PSBB Masa Transisi dan menerapkan kembali pengetatan," ujar Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, pada Minggu (25/10).

Jika PSBB kembali diketatkan, maka pemulihan ekonomi di Indonesia akan semakin lambat, dan rupiah berisiko tertekan.

Sulitnya rupiah untuk menguat lebih jauh terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang tidak bergerak banyak siang ini dibandingkan beberapa saat sebelum pembukaan tadi pagi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.682,50Rp14.678,6
1 BulanRp14.694,00Rp14.703,7
2 BulanRp14.757,20Rp14.755,1
3 BulanRp14.800,00Rp14.797,2
6 BulanRp14.953,30Rp14.951,0
9 BulanRp15.111,80Rp15.110,0
1 TahunRp15.295,30Rp15.293,5
2 TahunRp15.999,00Rp16.021,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Rupiah, Juara Asia Semester I-2020 Adalah Peso Filipina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular