
Ekonomi China Positif, kok Indeks Shanghai Merah Sendirian?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia sekitar pukul 11:00 WIB terpantau bervariatif, mayoritas menguat, seiring dari rilis data pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh positif.
Namun anehnya, indeks saham di negara tersebut malah berbalik arah ke zona merah yang ditengarai akibat adanya aksi profit taking investor.
Pada pukul 11:00 WIB, indeks Nikkei Jepang melesat 1,19%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,68%, Shanghai China melemah 0,33%, indeks STI Singapura naik 0,50% dan KOSPI dari Korea Selatan terapresiasi 0,65%.
Pada pukul 11.43 WIB, Nikkei naik 1,16%, Hang Seng naik 0,69%, dan Shanghai minus 0,33%.
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 11:00 WIB melemah tipis 0,04% ke level 5.101,41 dan akhirnya ditutup naik 0,14% di sesi I, di level 5.110.
Hari ini, dunia tertuju pada China, di mana hari ini sejumlah data ekonomi di Negara Tirai Bambu tersebut sudah dirilis pada pagi tadi.
Pertama, data pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari produk domestik bruto (PDB). Tercatat, PDB China pada kuartal III-2020 tumbuh positif sebesar 4,9% (year-on-year/YoY).
Ekonomi ekspansi dari kuartal sebelumnya 3,2%. Namun, menurut Reuters, ini masih lebih rendah dari konsensus pasar di mana ekonomi diprediksi tumbuh 5,2%.
"Secara umum, perekonomian nasional secara keseluruhan melanjutkan pemulihan yang stabil dan hasil yang signifikan," kata biro tersebut dikutip dari CNBC International, Senin (19/10/2020).
"Namun, kita juga harus menyadari bahwa lingkungan internasional masih rumit dan parah dengan ketidakstabilan ... bahwa kita berada di bawah tekanan besar untuk mencegah penularan epidemi dari luar negeri dan kebangkitannya di dalam negeri."
"Perekonomian masih dalam proses pemulihan dan fondasi untuk pemulihan yang berkelanjutan perlu dikonsolidasikan."
Data ekonomi China lainnya, yakni penjualan ritel naik 3,3% pada September, naik 0,9% di kuartal ini. Namun selama sembilan bulan pertama tahun 2020, penjualan ritel kontraksi 7,2%.
Berikutnya, investasi aset tetap naik 0,8%. Tingkat pengangguran yang disurvei perkotaan turun lebih rendah pada bulan September menjadi 5,4%. Produksi industri naik 6,9% pada September dari tahun lalu. Sehingga total pertumbuhan untuk 9 bulan pertama tahun ini menjadi 1,2%.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan China akan menjadi satu-satunya ekonomi utama dunia yang tumbuh tahun ini. Ekonomi 2020 sebesar 1,9%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
