Round Up Sepekan

Didera Demo dan Penurunan Cadev, Rupiah Tetap Pede Menguat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 October 2020 09:28
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan ini rupiah melenggang ke jalur hijau di tengah sentimen positif dari Amerika Serikat (AS) terkait stimulus. Aksi demo penolakan Omnibus Law Cipta Kerja tidak cukup untuk menjegal penguatan tersebut.

Penguatan rupiah sepekan ini terhitung meyakinkan, dengan penguatan 5 hari berturut-turut, sehingga melompati dua level psikologis dari 14.800 pada akhir pekan lalu, menjadi 14.600-an pada akhir pekan ini.

Pada Jumat (10/10/2020), Mata Uang Garuda bertengger di level 14.675 per dolar AS, atau menguat 0,07% secara harian. Secara mingguan, rupiah terhitung menguat sebesar 1,05% dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu pada Rp 14.830 per dolar AS.

Penguatan rupiah terjadi sejak hari Senin, dengan apresiasi sebesar 0,27% ke Rp 14.790 per dolar AS. Penguatan itu merupakan yang terbesar di antara kurs utama kawasan Asia Tenggara.

Pemicunya dari dalam negeri, yakni kejutan pemerintah dengan mengesahkan RUU Omnibus Law Cipta Kerja secara mendadak pada hari pertama pekan in, atau lebih cepat dari target semula yang diumumkan pada 8 Oktober.

Fakta bahwa cadangan devisa (cadev) susut nyaris US$ 2 miliar pada September tidak cukup untuk menghentikan reli tersebut. Ketika cadev diumumkan pada Kamis, rupiah masih mampu menguat meski tipis yakni sebesar 0,03%.

Dari AS, greenback sedang menjadi bulan-bulanan investor global yang tengah mengantisipasi kemajuan pembicaraan stimulus yang mengindikasikan bahwa bakal ada dana segar miliaran dolar AS yang diguyur ke sektor riil.

Drew Hammill, Wakil Kepala Staf Nancy Pelosi, mengirim cuitan di akun Twitter-nya, menyebutkan bahwa Ketua DPR dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah berbicara selama 40 menit, dengan berfokus menentukan apakah ada prospek kesepakatan soal stimulus.

Kabar itu mengafirmasi arah positif pembicaraan, sebagaimana yang dikatakan Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis pagi. Dia mengatakan bahwa pihaknya dan Partai Demokrat telah memulai kembali "pembicaraan yang sangat produktif."

Bersamaan dengan pembelian obligasi oleh bank sentral AS di pasar primer dan sekunder, pasar akan kebanjiran likuiditas yang bakal membuat mata uang Negara Adidaya tersebut tertekan. Investor AS pun memutar dana tersebut ke pasar modal negara lain termasuk Indonesia. Akibatnya, dolar melemah terhadap mayoritas mata uang dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular