
Cadev Melorot, Harga Obligasi Pemerintah Ramai Terkoreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada Rabu (7/10/2020) mayoritas ditutup melemah, seiring dari rilis data cadangan devisa (cadev) dan aksi mogok dan penolakan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker).
Mayoritas SBN cenderung dilepas oleh investor pada hari ini, kecuali SBN tenor 5 tahun dan 30 tahun yang ramai dikoleksi investor.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penguatan yield, namun tidak untuk SBN tenor 5 tahun yang mencatatkan pelemahan yield 0,4 basis poin ke level 5,776% dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun yang turun 1 basis poin ke 7,440.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 0,1 basis poin ke level 6,896% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Kenaikan yield tertinggi tercatat di SBN dengan tenor 1 tahun yang turun 6,4 basis poin ke level 3,808%. Sedangkan, kenaikan yield terendah terjadi pada SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan.
Cadangan devisa (cadev) Indonesia turun pada September 2020 dibandingkan sebulan sebelumnya. Penurunannya pun cukup dalam, nyaris US$ 2 miliar. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa akhir bulan lalu sebesar US$ 135,2 miliar, anjlok dibandingkan bulan sebelumnya US$ 137 miliar.
Penurunan cadangan devisa pada September 2020, lanjut keterangan BI, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.
Selain itu, Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senin lalu memicu pro dan kontra. Demo dan aksi mogok kerja buruh terjadi dalam 2 hari terakhir, dan masih akan berlangsung hingga besok.
Mogok kerja tersebut dikatakan diikuti oleh 2 juta buruh di berbagai sektor industri dan di banyak wilayah Indonesia. Aksi buruh tersebut dikhawatirkan membuat stabilitas dalam negeri menjadi terganggu, yang membuat investor asing berhati-hati berinvestasi di Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Asing Berpeluang Banjiri Pasar SBN di 2021