
Respons Bursa di Asia Beda Soal Trump Setop Bahas Stimulus

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia sekitar pukul 11:00 WIB terpantau bervariatif, setelah adanya keputusan dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk menghentikan negosiasi stimulus dengan Partai Demokrat.
Pada pukul 11:00 WIB, indeks Nikkei Jepang melemah 0,22%, Hang Seng di Hong Kong menguat 0,47%, indeks STI Singapura turun tipis 0,01% dan KOSPI di Korea Selatan naik 0,39%
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pukul 11:00 WIB terpantau melemah 0,56% ke level 4.971,24. Pada pembukaan hari ini, IHSG tercatat melemah 0,45% di level 4.976,56.
Di Kawasan Asia, data ekonomi yang dirilis hari ini selain data cadangan devisa (cadev) Jepang dan Korea Selatan adalah data Purchasing Managers' Index (PMI) Markit Hong Kong.
Tercatat, PMI Hong Kong pada September 2020 berada di angka 47,7, naik 3,7 poin dari sebelumnya Agustus 2020 di angka 44,0. Indeks PMI memakai tolak ukur angka 50. Jika di bawah itu, maka diartikan terjadi kontraksi dan sebaliknya jika di atas itu berarti ada ekspansi.
Pelemahan bursa saham Asia pada pagi menjelang siang hari ini mengikuti bursa acuan global, Wall Street yang ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (6/10/2020) waktu AS.
Dow Jones Industrial Average turun 1,3% menjadi 27.772,76. Sedangkan S&P turun 1,4% dan menyelesaikan sesi di 3.360,97. Sementara Nasdaq jatuh terdalam hingga 1,6%. Indeks kaya teknologi itu menyelesaikan perdagangan di 11.154.60.
Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump memberi pernyataan untuk menghentikan negosiasi stimulus dengan Partai Demokrat.
"Aku telah memerintahkan perwakilanku untuk berhenti bernegosiasi sampai dengan pemilihan presiden usai. Secepat mungkin setelah aku menang, kita akan meloloskan UU Stimulus yang terfokus pada pekerja keras di AS dan usaha kecil," tutur Trump dalam cuitannya.
Padahal sebelumnya, pernyataan dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell membuat bursa Wall Street dibuka di zona hijau pada pembukaan perdagangan Selasa waktu AS.
Powell kembali menyerukan pentingnya ada tambahan bantuan fiskal, karena perekonomian bakal membutuhkan itu untuk terus melanjutkan pemulihan.
"Bahkan jika aksi kebijakan itu akhirnya terbukti melebihi dari yang diperlukan, tidak akan ada yang terbuang," ujarnya. "Pemulihan akan lebih kuat dan cepat jika kebijakan moneter dan fiskal berjalan beriringan menyediakan dukungan hingga ekonomi keluar dari semak belukar."
Menanggapi aksi Trump, Ketua DPR AS Nancy Pelosi menilai mantan taipan properti itu mendahulukan "dirinya di atas kepentingan negara."
"Menjauh dari pembicaraan terkait corona menunjukkan bahwa Presiden Trump tak ingin menggilas virus tersebut, sebagaimana dibutuhkan dalam Tindakan Kepahlawanan," ujarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Kompak Hijau Royo-Royo, Hang Seng Paling Top
