
Trump Berencana Setop Stimulus, Bursa Asia Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia pada Rabu (7/10/2020) dibuka mayoritas melemah, mengikuti bursa saham acuan global, Wall Street yang melemah pada perdagangan Selasa waktu Amerika Serikat (AS) akibat kabar dari akan dihentikannya stimulus baru.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,52%, Hang Seng di Hong Kong menguat tipis 0,08%, STI Singapura turun 0,22%, dan KOSPI di Korea Selatan terdepresiasi 0,64%.
Di kawasan Asia, data ekonomi yang dirilis hari adalah data cadangan devisa (cadev) Jepang dan Korea Selatan.
Tercatat, cadev Jepang pada September 2020 sebesar US$ 1,389 triliun, angka ini mengalami penurunan dari bulan Agustus 2020 sebesar US$ 1,398 triliun. Cadev Jepang sudah mengalami penurunan sejak 2 bulan terakhir.
Sedangkan untuk cadev Korea Selatan pada September 2020 tercatat sebesar US$ 420,55 miliar, naik dari bulan Agustus 2020 sebesar US$ 418,95 miliar. Berbanding terbalik dengan Jepang, cadev Korea Selatan terus mengalami peningkatan.
Dari AS, kabar dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang menyetop pembicaraan tentang rencana stimulus baru, hingga pemilihan presiden selesai dilakukan membuat bursa acuan global, Wall Street berakhir di zona merah.
Dow Jones Industrial Average turun 1,3% menjadi 27.772,76. Sedangkan S&P merosot 1,4% dan menyelesaikan sesi di 3.360,97. Sementara Nasdaq jatuh terdalam hingga 1,6%. Indeks kaya teknologi itu menyelesaikan perdagangan di 11.154.60.
Pengamat AS dari National Securities, Art Hogan mengatakan langkah Trump bukan sesuatu yang disukai pasar.
Saham teknologi seperti Apple, Amazon, dan Facebook turun hingga lebih dari 2% sedangkan maskapai penerbangan- yang sangat mengharap stimulus untuk menunda PHK merosot 3%.
Pengumuman ini juga datang hanya beberapa jam setelah bos bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell menegaskan ekonomi AS akan pulih lebih cepat dengan banyak stimulus pemerintah untuk membantu pekerja dan bisnis.
"Terlalu sedikit dukungan akan menyebabkan pemulihan yang lemah, menciptakan kesulitan yang tidak perlu bagi bisnis dan rumah tangga," ujarnya.
Awal tahun ini, AS telah menyetujui stimulus corona senilai lebih dari US$ 3 triliun. Saat itu, pengambil keputusan AS setuju lebih banyak stimulus diperlukan.
AS memiliki kasus corona terbanyak pertama di dunia hingga 7,7 juta. Sekitar 215 ribu orang meninggal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mayoritas Libur, Beberapa Bursa Asia Hijau Gaes!
