Deflasi Masih Awet, Harga Obligasi Pemerintah Cenderung Naik

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 October 2020 19:10
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan Kamis (1/10/2020) ditutup bervariasi cenderung menguat, karena aset pendapatan tetap kian moncer di tengah inflasi yang rendah.

Mayoritas SBN ramai dikoleksi oleh investor pada hari ini, kecuali SBN tenor 1 dan 10 tahun yang cenderung dilepas investor. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami pelemahan yield, tetapi tidak untuk SBN tenor 1 tahun yang mencatatkan penguatan yield 5,4 basis poin ke level 3,949%.

Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara menguat 0,6 basis poin ke level 6,936% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penguatan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pelemahan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 15 tahun yang turun 2,3 basis poin ke level 7,419%. Sementara itu, pelemahan yield terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun yang turun 0,2 basis poin ke 7,454%.

Aksi beli obligasi pemerintah terjadi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia berada di angka -0,05% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada September 2020. Artinya Indonesia masih mengalami deflasi pada September 2020 lalu.

Ini menjadi deflasi yang ketiga dalam tiga bulan beruntun, yang berarti deflasi tidak terputus sepanjang kuartal III-2020. Angka yang dilaporkan BPS tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu deflasi 0,03% MtM.

Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year/YoY) berada di 1,42%, tidak jauh dari konsensus pasar yang memperkirakan 1,43%. Kemudian inflasi tahun kalender (year-to-date/YtD) adalah 0,89%.

Indonesia terus-terusan mengalami deflasi yang mengindikasikan masih adanya penurunan konsumsi masyarakat, di mana mereka cenderung memilih untuk menabung (saving) ketimbang membelanjakannya (spending).

Ketika inflasi melemah, maka aset berpendapatan tetap kian menarik karena memberikan keuntungan riil (real return) yang lebih tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular